Zaman Baru

Citation preview

SITOR SITUMORANG (foto : Ramadhan K.H.)

pengantar

„Bintang itu belum lenjap dan planitnja masih segarbugar. Tak sam­ pai seabad lagi kita akan menanam sajurmajur disana dan mendiami planit itu,” berkata Erg Noor penuh kejakinan.

dari ANDROMEDA, oleh Ivan Yefremov. Pada pertengahan bulan April 1961, selesai menghadiri Konperensi darurat Pengarang A-A, di Tokyo, kami berlima : Joebaar Ajoeb, Rivai Apin, Dodong Djiwapradja, Utuy Tatang Sontani dan saja sendiri, meneruskan perdjalanan ke Repu­ blik Rakjat Tiongkok, atas undangan Himpunan Pengarang Tiongkok. Suasana konperensi Tokyo, jang dihadiri oleh utusan2 dari 18 negeri A-A, mengantarkan perdjalanan ke RRT ini. Baik didalam kapalterbang dalam perdjalanan, maiupun di Tiong­ kok sendiri, kami mendjumpai kembali utusan2 lain kekonperensi tersebut. Buat saja sendiri kundjungan ke Tiongkok itu adalah un­ tuk pertamakali. Tiga minggu lebih kami mendjadi tamu pengarang2 Tiong­ kok. Diantarwnja terdapat pengarang2 besar dan kenamaan seperti Pa Chin, Kuo Muo Jo, Lao Sze dan Mao Tun sendiri. Kota2 jang kami kundjungi ialah : Kanton, Peking, Shanghai dan Hang Chow. Perdjalanan Peking-Shanghai melalui Nanking kami lakukan dengan pesawat terbang, dan jang selainmja dengan kereta-api atau mobil.

Bagi saja, dan saja kira djuga bagi kawan3 lain, Tiongkok jang dikenal dari batjaan, adalah terlalu tua dan terlalu luas sehingga kurang njata dalam, tanggapan angan-angan. Kundjungan kami, menegaskan dan memperkuat kejakinan akan persamaan-persamaan jang pokok, seperti jang ter­ dapat atau mestinja terdapat, antara negara3 dan masjarakatnja di Asia, Afrika dan Amerika-Latin, jakni keadaan jang tertanda pendjadjahan atau bekas pendjadjahan atas kehidupan nasional. Di RRT kehidupan nasional telah pulih selengkapnja dibidang politik, sosial-ekonomi dan kebudajaan. Kenjataan sedjarah inilah jang menondjol dan berkesan da­ lam pandangan dan chajal, sebagai salah satu peristiioa se­ djarah besar didunia. Hal itu tak kurang daripada membuah­ kan suatu tanggapan jang sublim. Penindjau* jang tak bersimpati dengan Tiongkok, saja kira djuga akan merasakan kehebatan gerak sedjarah itu, tapi bagi mereka akan menimbulkan rasa: Ngeri, tjuriga dan gamang, seperti orang primitif dizaman purba ngeri dan ke­ takutan menghadapi gerhana bulan atau matahari. Saja ke Tiongkok bukanlah untuk melakukan studi : se­ lain saja bukan sardjana, waktupun terlalu singkat untuk mentjatat, apalagi untuk menjimpulkan pendapat3, biarpun hanja mengenai aspek3 tertentu dari kehidupan d,an peng­ hidupan disana. Jang djelas, ialah : Saja bersimpati dengan kebangunan nasional Republik Rakjat Tiongkok. Penerimaan saja atas segala hal jang dapat saja lihat dan alami dalam kundjungan singkat, tersimpul dalam sadjak3 jang dimuat dalam buku ketjil ini. Nilai sasteranja terserah kepada per­ timbangan zaman. Sebagai dokumen ketjil tentang perkem­ bangan kerohanian, buku ketjil ini mengandung hal3 jang bagi saja sendiri sebagai penjair, menggugah konsep3 ter­ tentu endapan pengalaman lama. Adalah pertama konsep dari pihak jang phobia Revolusi: Taklah sesuatu negeri atau bangsa mendjadi komunis hanja karena segelintir kaum intelektuil. Taklah sesuatu negeri dan bangsa terhalang revolusinja, oleh karena segelintir kaum intelektuil misalnja tak mengingininja. Sedjadjar de­ ngan itu adalah konsep kebudajaan universil: Kebudajaan

6

nasional Tiongkok lama hantjur lebur diobrak-abrik feodalisme-imperialisme. Wudjud dari kebudajaan nasional Tiong­ kok, sekarang ini mendapat djiwa baru dari harapan rakjat jamg ratusan djuta djiwa djumlahinja. Revolusi Tiongkok bukan sekadar "a protest of a minority” (protes dari golongan ketjil), tetapi adalah ”the hope of the majority” (harapan dari sirakjat banjak). Sementara itu se­ djarah berdjalan terus, usaha rakjat Tiongkok itu bergema dihati. Revolusi Tiongkok bukanlah ,,barang import”. Dalam kondisi nasional dan kondisi internasional, dengan antjaman nuklir, seperti sekarang ini, adalah latah dan tak bertanggungdjawab untuk tetap menganggap tugas sasterawan itu hanja sematjam eksperimen pribadi dengan hidup ; suatu avontuur seni menurut gagasan kosmopolit, jang hanja memeras IDEA SENI dari SENI jang sudah dikunjah-mamah oleh petjandu2 keindahan (kaum estet) saman dan masjarakat lampau. Hadirnja RRT dipertengahan abad ini kita terima adanja setjara positif. Sikap negatif adalah mengelakkan tugas zaman, djustru dalam rangka universalitet jang sebenarnja dari gagasan kebudajaan jang hidup. Ke-uiniversilan dan keinternasionalan gagasan sastera dan kebudajaan terletak da­ lam gagasan jang terudji pada ”the hope of the majority” rakjat kita sendiri, kepada realitet revolusi nasional kita. Achirnja : Beberapa dari sadjak jang dimuat dalam buku ini, telah pernah disiarkan dalam Harian Rakjat dan Madjalah Zaman Baru. Hal itu, serupa dengan penjelenggaraan buku ini, adalah atas permintaan sdr. Rivai Apin pemimpin Zaman Baru, jang saja sambut dengan seyala senang hati. Didalam persetudjuan itu, sikap terbuka pergaulan sasterawan dari bermatjam aliran, jang diperlukan sangat oleh zaman, sebagai sumbangsih sederhana, demi pertumbuhan sastera dan kebudajaan nasional jang ingin melaksanakan tugasnja dan mentjapai kebesarannja didalam Revolusi, untuk kemerdekaan, persahabatan, dan perdamaian. Sitor Situmorang. Djakarta, 1 Oktober 1961.

7

tanah tumpah darah

— Membangun dalam damai ! — Dengarlah seruan berabadabad, seperti panggilan burung jang membangun sarangnja. — Merdeka, bebas dan sedjahtera ! — Impian dari Rakjat !

— Seperti burung membuat sarang dari rumput — Rakjat membangun dari tjinta dan kerdja, alam gotongrojong dan kekeluargaan. Seperti kerbau melajani tuannja, pemuda ulet dan setia mengabdi pada Tanah Tumpah Darah-nja !

Rakjat adalah Ibu, adalah Bapak, Tanah Air kesatuannja. Kita adalah anak, adalah tjutju — pupuk dan bibit pembangunannja — Kita rumput dalam api revolusinja, Sapinja ditengah sawah dimasa damai, Banteng dirimba bila diserang, Garuda diangkasa —

9

Apabila bulan terbit, matahari tenggelam, Apabila fadjar, pasang surut atau naik, Kita adalah njiur dipasir putih-putih.

Djauh atau dekat, Pandanglah wadjah jang dibasuh hudjan, Lihat keningnja jang dirias musim ! Itulah Nusantara ! Itulah Indonesia ! Untuk diabdi — Disiang dan dimalam !

surat dari tiongkok untuk retni Tiga puluh tahun dulu, Kuingat bapak berkata : -menatap dari bukit desa„Nak, lihatlah asap dilembah ! Disana kehidupan ! Disana perdamaian !” (Aku berdiri disampingnja, umur 7) Demikian ia kukenang, demikian kau terkenang, dalam express menudju Peking.

Kenangan padamu menghias katja kerinduan Sungei Mutiara-Nak ! Doakan sad.ja perahu dalam kabut dipegunungan nanti dapat bulan !

Dua hari dua malam perdjalananPemandangan djadi kissah Warna batu, gerimis dan daunankissah tjerobong berlapis langit melepas asap sutera sulaman, dongengdongeng kenjataan Tiongkok

bikinan pekerdja2, gadis dan pemuda, berbedak debu batuarang Zaman Baru ! Selamat datang kawan ! Selamat djalan ! Selamat berdjuang !

11

Sorga diatas ! Sutjo dibumi ! -.kata peribahasa siniDjika kamu dewasa, Ret, Kenanglah Yenan !

Sekarang musim bunga ! Gadisgadis sebajamu kulithat gembira, dimana-mana ladang hidjauria, mentjangkul, memutar kintjir, ramairamai dorong gerobak, hingga pipi merah sambil bemjanji : -Inilah kehidupan ! Inilah perdamaian !(Kamu berdiri disampingku, umur 14) Hati bertanja : Pernahkan angin tandus, perang mendera benua ?

Kuingat bandjir Sungei Kuning, Debu kemarau mengubur matahari !

Inilah kissah Long March rakjat Tiongkok, kissah rakjat tertindas, lalu bangkit !

„Warna merah djadi dalil hidup diatas Mati !” Kenang, kenanglah, generasimu harus menang bersama rakjat, untuk menjelesaikan Revolusi !

impresi tembok tiongkok

Kowloon-Kanton. Dimana no-man’s land ? Rindu hanjalah sekadar Pas Djalan : Peta berkataTiongkok adalah Ibu 650 djuta manusia Tempat Tuhan menitipkan sadjak kehidupan-

Seperti Marco Polo, Achirnja aku lihat tembok Peking, (Andai kata Ibu masih hidup, kubawa pulang sutera Tjina) Sebentar lagi Hari Buruh. Tienanmen berbadju tjahaja sutera. Djika aku hendak memberi selamat, kupilih peladjar tjilik Opera Peking.

Selamat 1 Mei ! Selamat Hari Buruh seluruh Dunia ! Apakah kepulan asap, jang menandingi menara Tjandi Kuno, bertambah atau berkurang karena lagunja begitu mengharukan ?

Selamat kepadamu, bunga kaum pekerdja ! Olehmu, revolusi mendjadi kenjataan hidup baru ! Kanpai!

13

lagu2 tiongkok baru untuk Sumiko Tanaka

I.

Sedjauh matahari berdjalan bumi gersang Sedjauh mata memandang hanja ilalang.

Tembok Besar dihadapan, bukitbukit dipinggang. Sedjauh djalan keretaapi hanja batu mati. Siapa disana terdengar bernjanji ?

Hari ini kami di-Hopei Pekerdja2 membongkar gunung, membongkar beban tanah tandus hatiku dengan lagu kemenangan.

II. Pada hari pendjadian Tuhan mentjipta alam : Dipisahkannja air dari bumi alampun terbagi antara hidup dan mati.

Pada hari kemenangan, buruh membendung lembah, diperasnja air dari batu, hingga alampun djadi taman hidjau petani.

14

Lembah „Bukit Kuburan 13” bertudung pohon2 tjemara. Pada hari ketudjuh pentjiptaan lembah djadi sorga kaum nelajan, tempat ikan berkeliaran.

III. Di Wuhan, di Peking, di Shanghai, orang berbadju keper biru bekerdja dari pagi sampai sore dan malam bergiliran. Sepandjang kakilangit, asap mengepul dari beribu tjerobong Sosialisme, tanda abad ke-20 telah disini.

Hari ini kita berpisah, dan tanah air lebih njata dalam bajang masa depan. Jang sedang dibangun disini adalah abad, manusia, abad listrik dan angkasa, jang diramalkan perdjuangan Marxisme-

”The world is ablaze” — kata Bung Karno Revolusi sedang membakar padang dan seperti Phoenix Tiongkok Lama lahir dari dalam api peperangan, untuk hinggap dibumibaruKomunisme.

15

udara pagi di peking

Dari djendela hotel kami lihat Tembok besar kota dalam. Dikedjauhan menara Tjand,i Kajangan, Tjerobong2 pabrik kota luar.

Diatas tembok besar dan tua, kami lihat anak2 mentjari sesuatumestinja jang bergunasekadar alasan menghirup warna hidup muda, kitjau burung angkasa musim bunga, paginja pembangunan Sosialisme.

Inilah pagi Ibu Kota Revolusi, sibuk membangun sistim hidup ! Diatas kebesaran imperial, kini tersusun konsep kedjajaan rakjat !

Paris : Pangkal Idee ! Peking : Kota Komune ! Tertjakup bulat pengalaman rakjat, sebagai penjair pembangunan dan tentara pertempuran Revolusi Rakjat jang berkelandjutan !

tiongkok lama

Berdiri menatap dataran dari bukitbukit Tiongkok-Utara tersingkap sebagian dari sedjarah : 10000 li dari Timur ke Barat terbentang tembok Lama, dj adi pertahanan 10000 tahun dalam angan- para djenderal-nja.

Angan menadjam sadar seperti pradjurit djaga. Laut di Timur dan padang pasir di Barat, — aku takkan pernah menjaksikannja — Kokoh, tandus, kedjam. — seperti hati para radja dan penguasa, jang terlalu ketakutan.

Dimusim dingin-, angin disini tadjam dan menjiksa djaga. Tapi apabila kaisar2 berkubur dilereng bukit, menghadap benua datar, berbenteng bukit adalah untuk membelakangi sesuatu — menunggu dalam istana dibawah tanah — Dan kita tahu disanapun takutnja belum habis.

Berdiri menatap dataran, dari Utara ke Selatan berpaling dari Utara ke Selatan ber-djuta2 tentara rakjat ............................ .

17

makan roti komune (mengundjungi komune bekas daerah miskin dikota Peking)

Ada jang kekurangan roti, Ada jang kekurangan nasi, Tapi dari segala kekurangan, jang paling menistakan adalah ketiadaan pergaulan.

Ada jang kekurangan rumah, Ada jang kekurangan pakaian, Tapi dari segala kekurangan, jang terlebih melumpuhkan adalah ketiadaan setiakawan.

Ada jang kekurangan tenaga, Ada jang kekurangan kepintaran, Tapi dari segala kekurangan, jang terlebih merendahkan adalah buntunja segala harapan.

Pergaulan, setiakawan dan harapan adalah nasi, adalah roti serta bunga-buah Jang mengisi, kehid.upan pekerdja Djika bebas dari kebohongan, penindasan dan penipuan pendjadjahan, feodalisme dan banditisme.

18

Pergaulan, setiakawan dan harapan kudjumpai dan kurasakan dalam komune ini. Oleh karena itu : Aku ingin minum dari kehangatan harapan saudara2. Aku ingin mendjabat tangan saudara2 jang sibuk bekerdja. Aku ingin makan roti ini, roti komune, sebagai tanda pulihnja pergaulan, setiakawan dan harapan antara manusia, buat selama-lamanja dalam tjinta, tjita2 dan kenjataan dunia sosialis 1

19

pantun sungai yangtze

Revolusi melebur dunia lama, tak beri ampun pada anak sendiri. Demikian tertjipta lagu sungei, Kehidupan jang membaharui diri.

Sesudah padanggunung Utara, baik bermukim dipinggir samudra. Demikian tudjuan tetap besar, serta mimpi tetap mulia.

Selamat tinggal gunung tua2 ! Selamat datang ladangladang baru ! Api semangat pembangunan rakjat, menempa badja lagulagu perwira.

,,Sungai Kuning di Utara. Sungai Mutiara di Selatan. Djika langit berkenan, Samudra-angkasa tempat bertjengkerama.’

Revolusi mentjipta benua baru, Tak beri ampun pada diri sendiri. Demikian tertjipta lagu sungai, Kehidupan jang membaharui diri

20

anak kuba di peking

Zoila, adalah gadis Kuba, di Peking. Dengan bangga ia memberi aku bendera tanahairnja, merajakan kemenangan negerinja atas serbuan Amerika.

Zoila, adalah anak Kuba, di Peking ia beladjar bahasa, djauh dari tanahairnja. Sebagai tanda pudja pada rakjatnja kuberi ia bunga, ketika ia bertjerita, pada 1 Mei : Hari ini Tanah Airku dimaklumkan djadi Republik Sosialis. Bila aku kembali, Aku akan djadi perintis !

Malamnja, Dilapangan Tien An Men, ketika seluruh Peking merajakan hari buruh, betapa indah mimpi patriot Kuba ini. ditjetuskan oleh beribu kembangapi, mewarnai seluruh langit ...............................

21

kota buruh dipinggir shanghai Mereka jang berani telah mentjipta dalam angan2 zaman. Dalam padang2 luas serta iklim jang buas, mereka telah meluku dan berperang, mengukur nasib diudjung pedang. Mereka beranak, bertjutju dipadang-padang terbuka, dipadang-padang terbuka, berselimut angin Utara, mengharungi samudra chianat dan setia. Mereka telah mengukur hal adjaib dan tangis seorang ibu pada udjung kuku, mengikis sisik derita, mentjari sekerat arti dari sinar matahari dari sorga, tapi tak kundjung tiba. Hari ini dipinggir kota badja, mereka menanam bungabunga ditapaktangan anakanak belia dari proletariat Shanghai, setia kepada djalan sukar, tapi indah dan pasti dari generasi pembuka djalan Revolusi Mereka sekarang sibuk mentjipta dalam angan2 zaman : Sadjak, kota indah, taman, ja sedjarah ............................... .

22

kenangan untuk Dollaine Young

1. Hongkong. Gunung dan Samudra bertolakpunggung dalam pangkuannja-Betisnja gading beludru !

2. Tokyo. Djepang dikundjungi adalah seperti membatja h a i k u, satu kali dibatja, ditanggap berulangulang.

3. Gunung Tiongkok. Alam dalam alam, bungabunga bergajutanDiselasela batu gunung tjemara menunggu embun.

4. Paris. Burung dalam sangkar siasia, masih menjanji-kenangan padamu, bisu menjambut hari esok.

5. Roma. Air memantjur dari kolamkolam pualamBetapa hangat pelukan para kekasih f

23

6. New York.

Djalandjalan membudjurlintang, semua djadi batu- Kutjoba mengenang,

tiada teringat barang satu !

7. Djakarta. Djakarta, disana aku hidup dan kerdjaTiap menunggu bus, aku melihat

ia jang serupa dengan saja !

8. Peking. Pada sore hariPekerdja kembaliDiantar oleh seribu angan-’, Tersepuh njala matahari

Revolusi !

24

surat untuk iman

Djika teringat ,kau, teringat Indonesia. -Tiongkok adalah suatu benuaIndonesia tjinta satusatunja.

Djika teringat kau, teringat danau Toba, segala kemanisan hidup bertanahair -Indonesia negeri beribu pulaukedjajaannja tjita satusatunja.

Djika teringat kau, teringat Bunda. -Tjintanja samudrarajaRakjat Indonesia Ibu satusatunja. dan Revolusi bidji matanja.

25

y

t j a t a t an

1. Hangchow Kesibukan kerdja lebih mesra dari kesepian istirahat !

2. Shanghai Sungai enam benua bermuara dalam samudra ; mimpi rakjat Asia-Afrika bertumpu dalam taufan Merdeka !

3. Kuba Statue of Liberty ! Mendjaga bagian Barat Atlantika ! Viva

Kuba !

26

lukisan2 pekerdja Tiongkok

1. Petani Hunan. Mereka merangkaki lumpur untuk menjiangi rumput padi-

Burung apa sedang membuat sarangnja dipohon sana ?

2. Lembah Sungei Mutiara Jang mentjari, mentjari djuga, tapi taufan sudah reda-Lihat, itu perahu selamat !

3. Petani Hunan II. Dari lempung mereka membuat gutji, Dari besi mereka membuat luku,Ditungku Shanghai badja

panasnja 1200° C ! 4. Sawah Tiongkok. Sapi dan keledai memutar kintjir sepandjang hariMatanja jang tertutup, sungei mana sadja dilihatnja ’

27

shanghai untuk Kimiko Iwasakl

Kami tiba di Shanghaiteringat kamu seperti dalam buku :

La Condition Humaine, Paris,Andre Malraua. Kamu didalamnja mendjadi kekasih kaum revolusioner romantis, hinggap dari segala pendjuru dikota Shanghai, dizaman hukumrimba „International settlements”. Kamulah bunga exotis di atas bangkai hidup rakjat Tiongkok Lama, terhisap habis oleh bandit2, seperti burung2 nostalgie-nja Baudelaire.

Kini Revolusi telah berhasil ditangan rakjat. Petualang berlarian seperti burung gagak hitam dihari siang. atau terlupa dalam cafe2 New York, Roma, berdiskusi. Shanghai sekarang kota rakjat, semua kapal terlihat milik rakjat, bersih dari kutu dan benalu zaman gelap. —- Lagu2 pembangunan menjirami kuburan pahlawan, dan membersihkan udara dari sisa mimpi peminum madat.

(Tjiang Kai Sek mengurung diri di Taiwan. Andre Malraux menteri kebudajaan De Gaulle). Bumi Aldjazair masih sadja tergenang darah pedjuang2, seperti bumi Tiongkok, seperti djalan2 Shanghai dulu. Kimiko, Kutahu, ada jang hidup dipondok dilereng bukit Yokohama, bersamadi, menghadap

28

samudra mistiksamudranja revolusi romantis, dalam tangan kaum petualang kosmopolit.

Tiongkok Baru telah mendjelma, Yangtze djaja telah bersih dari perkosaan pelaut2 armada perampok putih. Tepiannja sekarang taman2 manis, tempat anak2 ber-main2 dibawah asuhan gadis2 belasan tahun, tanpa gangguan, walaupun diufuk Timur masih mengantjam Naga Hitamnja Seventh Fleet.

Kimiko, dimanapun kau berada, kutahu kau masih hidup terus didunia tjidera perkosaan terhadap kehormatan bangsa dan tjintamu sedjati, Telah kudjumpai kamu seharidua hidup dan beranak di-gang2 ketjil Tokyo, di Yoshiwara dan dalam sangkar2 indah Hongkong, Singapura, melatjur dalam „internasional settlements” imperialisme, digoda lampu2 neon metropolis penderitaan karunmu ! Andai kamu di Shanghai dihari pembebasannja, kukira kamu akan djadi feondektir trem, -milikmu sendiri tapi, seperti tepian Yangtze, seperti bumi, rumput dan langitnja Tiongkok kiniatau kamukah jang kudjumpai djadi anggota regu produksi komune rakjat, memelihara sajurmajur gemuk2, berpipi merah, tertimpa sinar matahari kemenangan Revolusi ?

29

lagu abad mendatang (paberik badja Shanghai)

Apa jang kita tahu dari badja, ia keras dan kuat. Berapa djenis dan apa gunanja, berapa pula akan bertambah, meminta ilmu, kerdja berat serta angan2 manusia, jang membentuk hari esok.

Apa jang kita tahu dari zaman, adalah : Ia keras dan kuat, bila ditangan Rakjat. Inilah revolusi kemanusiaan jang djauh lebih besar dari peristiwanja ; proses penempaan badja abad baru, dari logam ledakan sedjarah, dibentuk oleh angan2 tangan pentjipta. Didalamnja logam2 terkeras mendjadi empuk dan berdjiwa, mendjadi palu dan sahabat pekerdja merdeka

30

pulanglah dia si-anak hilang menurut Andre Gide, versi Chairil Anwar. Tuliskan disemua dinding : „Aku mendjumpai tanahair, tapi tak pernah aku kehilangan dia !”

Tuliskan diseluruh mukaair : „Aku mendjumpai djiwaku, padahal aku tetap dimilikinja !”

Tuliskan dikaki langit: „Aku mendjumpai Rakjat, sedang darahnja selalu memberi denjut djantungku !”

Kutulis disemua daun rumput : „Aku sekarang mendjumpai diriku, karena kau pulang, pulang dari petualangan !’’ Kutulis dan kubisikkan disemua pintu : „Selamat datang ! Selamat datang !”

31

alkimiah zaman untuk Amir Pasaribu

Imperialisme = dunia bebas untuk menindas, menghisap dan memeras. Indahnja : Bunga diatas sampah !

Sosialisme — dunia merdeka untuk bekerdja, membangun dan mentjipta. Indahnja : Maja hinggap dibumi

Imperialisme + Sosialisme = Revolusi !

Dunia — Imperialisme = Simfoni !

32

penegasan

Tidak semua dilahirkan djadi pahlawan, Tapi tiap anak dapat herkatakata dalam bahasakasih Ibunja

Tidak semua dilahirkan djadi pedjuang, Tapi tiap laki dan wanita dapat membatja dalam tapaktangan pengalaman dewasa.

Tidak semua dilahirkan djadi pemuka rakjat. Tapi tiap generasi dapat berkissah dalam pengertian sedjarah dan demikian tunduk pada hukumnja.

Tapi semua kita dilahirkan djadi penjair, Dan zaman ini kuasa mentjipta anakanaknja. dalam kawah Revolusi ! Keraskeras seperti batu, makin dibakar makin keras dalam laharnja !

33

I S I

*

pengantar

*

tanah tumpah darah

*

surat dari tiongkok untuk retni

*

impresi tiongkok

*

lagu2 tiongkok baru

*

udara pagi di peking

*

tiongkok lama

*

makan roti komune

*

pantun sungai yangtze

*

anak kuba di peking

*

kota buruh dipinggir Shanghai

*

kenangan

*

surat untuk iman

*

tjatatan

*

lukisan2 pekerdja tiongkok

* *

shanghai lagu abad mendatang

*

pulanglah dia si-anak hilang

* *

alkimiali zaman penegasan

35