Struktur Bahasa Aceh

  • Commentary
  • 1008611
Citation preview

TIDAK DIPERDAGANGKAN UNTUK

902

Struktur Bahasa Aceh

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

]

BIBLIOTHEEK KITLV

0050 8638

'

*

TIDAK DIPERDAGANGKAN UNTUK UMUM

Struktur Bahasa Aceh

^





.

Si

VOOR

M. Adnan Hanafiah Ibrahim Makam

u,

H A D I A H PUSAT PEMBINAAN OAN PENGEMBANGAN RAHARA

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 1984 UI

j

Hak cipta pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Naskah buku ini semula merupakan hasil Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Daerah Istimewa Aceh 1977/1978, disunting dan diterbitkan dengan dana Proyek Penelitian Pusat. Staf inti Proyek Pusat: Dra. Sri Sukesi Adiwimarta (Pemimpin), Drs. Hasjmi Dini (Bendaharawan), Drs. Lukman Hakim (Sekretaris), Prof. Dr. Haryati Soebadio, Dr. Amran Halim dan Dr. Astrid Susanto (konsultan). Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang digunakan atau diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit kecuali dalam hal kutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Alamat penerbit: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun Jakarta Timur.

iv

PRAKATA Dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (1979/1980-1983/1984) telah digariskan kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional dalam berbagai seginya. Dalam kebijaksanaan ini, masalah kebahasaan dan kesastraan merupakan salah satu masalah kebudayaan nasional yang perlu digarap dengan sungguh-sungguh dan berencana sehingga tujuan akhir pembinaan dan Pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, termasuk sastranya, tercapai. Tujuan akhir itu adalah berkembangnya bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi nasional dengan baik di kalangan masyarakat luas. Untuk mencapai tujuan akhir itu, perlu dilakukan kegiatan kebahasaan dan kesastraan, seperti (1) pembakuan ejaan, tata bahasa, dan peristilahan melalui penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan daerah, penyusunan berbagai kamus Indonesia dan kamus daerah, penyusunan berbagai kamus istilah, serta penyusunan buku pedoman ejaan, pedoman tata bahasa, dan pedoman pembentukan istilah, (2) penyuluhan bahasa Indonesia melalui berbagai media massa, (3) penerjemahan karya sastra daerah yang utama, sastra dunia, dan karya kebahasaan yang penting ke dalam bahasa Indonesia, (4) Pengembangan pusat informasi kebahasaan dan kesastraan melalui penelitian, inventarisasi, perekaman, pendokumentasian, dan pembinaan jaringan informasi, dan (5) pengembangan tenaga, bakat, dan prestasi dalam bidang bahasa dan sastra melalui penataran, sayembara mengarang, serta pemberian bea siswa dan hadiah atau tanda penghargaan. Sebagai salah satu tindak lanjut kebijaksanaan itu, dibentuklah oleh Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah pada Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa v

dan Pengembangan Bahasa (Proyek Penelitian Pusat) pada tahun 1974. Proyek itu bertugas mengadakan penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan daerah dalam aspeknya, termasuk peristilahan untuk berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena luasnya masalah kebahasaan dan kesastraan yang perlu dijangkau, sejakbahun 1976 Proyek Penelitian Pusat ditunjang oleh 10 proyek penelitian tingkat daerah yang berkedudukan di 10 propinsi, yaitu: (1) Daerah Istimewa Aceh, (2) Sumatra Barat, (3) Sumatra Selatan, (4) Jawa Barat, (5) Daerah Istimewa Yogyakarta, (6) Jawa Timur, (7) Kalimantan Selatan, (8) Sulawesi Selatan, (9) Sulawesi Utara, dan (10) Bali. Selanjutnya, sejak tahun 1981 telah diadakan pula proyek penelitian bahasa di 5 propinsi lain, yaitu: (1) Sumatra Utara, (2) Kalimantan Barat, (3) Riau, (4) Sulawesi Tengah, dan ,(5) Maluku. Pada tahun 1983 ini telah diadakan pula proyek penelitian bahasa di 5 propinsi lain, yaitu: ,(1) Jawa Tengah, (2) Lampung, (3) Kalimantan Tengah, (4) Irian Jaya, dan (5) Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian, pada saat ini terdapat 20 proyek penelitian tingkat daerah di samping Proyek Penelitian Pusat, yang berkedudukan di Jakarta. Program kegiatan proyek penelitian bahasa di daerah dan proyek Penelitian Pusat sebagian disusun berdasarkan Rencana Induk Pusat Pembina an dan Pengembangan Bahasa dengan memperhatikan isi buku Pelita dan usul-usul yang diajukan oleh daerah yang bersangkutan. Proyek Penelitian Pusat bertugas, antara lain, sebagai koordinator, pengarah administratif dan teknis proyek penelitian daerah serta menerbitkan hasil penelitian bahasa dan sastra. Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa berkedudukan sebagai pembina proyek, baik proyek penelitian tingkat daerah maupun Proyek Penelitian Pusat. Kegiatan penelitian bahasa dilakukan atas dasar kerja sama dengan perguruan tinggi baik di daerah maupun di Jakarta. Hingga tahun 1983 ini Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah telah menghasilkan lebih kurang 652 naskah laporan penelitian bahasa dan sastra serta pengajaran bahasa dan sastra, dan 43 naskah kamus dan daftar istilah berbagai bidang ilmu dan teknologi. Atas dasar pertimbangan efisiensi kerja sejak tahun 1980 penelitian dan penyusunan kamus dan daftar istilah serta penyusunan Kamus bahasa Indonesia dan bahasa daerah ditangani oleh Proyek Pengembangan Bahasa dan sastra Indonesia dan Daerah. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

vi

Dalam rangka penyediaan sarana kerja sama buku-buku acuan bagi mahasiswa, dosen, guru, tenaga peneliti, serta masyarakat umum, naskahnaskah laporan hasil penelitian itu diterbitkan setelah dinilai dan disunting. Buku Struktur Bahasa Aceh ini semula merupakan naskah laporan penelitian yang berjudul "Struktur Bahasa Aceh", yang disusun oleh tim peneliti Fakultas Keguruan Universitas Syah Kuala dalam rangka kerja sama dengan Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah -Daerah Istimewa Aceh tahun 1977/1978. Setelah melalui proses penilaian dan disunting oleh Drs. Farid Hadi dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, naskah ini diterbitkan dengan dana yang disediakan oleh Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah-Jakarta. Akhirnya, kepada Dra. Sri Sukesi Adiwimarta, Pemimpin Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah-Jakarta (Proyek Penelitian Pusat) beserta staf, tim peneliti, serta semua pihak yang memungkinkan terbitnya buku ini, kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra di Indonesia. Jakarta, Januari 1984

Amran Halim Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

vu

VUl

DAFTAR ISI PRAKATA

Halaman

DAFTAR ISI

1

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Wilayah dan Jumlah Pemakai 1.5 PeTan dan Kedudukan 1.5.1 Tempat dan Situasi Pemakai 1.5.2 Tradisi Sastra Lisan 1.5.3 Tradisi Sastra Tulis 1.6 Studi Pustaka 1.7 Metoda

1 1 2 2 3 4 4 5 6 1 7

Bab II Fonologi

o

2.1 2.2

Fonem . Ejaan

.

9 35

Bab III Morfologi

39

3.1 3.1.1 3.1.2 3.13 3.2

39 39 43 44 54

Afiksasi Distribusi Imbuhan Proses Morfofonemik Fungsi dan Arti Tiap Imbuhan Reduplikasi ix

3.2.1 Tipe-tipe Perulangan 3-2-2 Kombinasi Perulangan dengan Afiks 3.3 Pemajemukan (Kompositum)

54 55 55

Bab IV Sintaksis 4.1 Klausa 4.1.1 Klausa Verbal

57 57 57

4.12 Klausa Verbal Transitif. 4.23iKlausa Verbal Intransitif 4.1.4 Klausa Transitif 4.1.5 Klausa Aktif 4.1.6 Klausa Pasif 4.1.7 Klausa Nominal 4.1.8 Klausa dengan Kata Sifat 4.2 Struktur Frase 4.2.1 Frase Nominal (Noun Phrase) 4.2.2 Frase Verbal 4.2.3 Frase Ajektif 4.2.4 Frase Numeral 4.3 Sistem Bilangan 4.4 Pola Kalimat Dasar 4.4.1 Kalimat Verbal 4.4.2 Kalimat Nominal

57 58 58 58 59 59 59 60 60 62 63 64 64 65 67 68

DAFTAR BACAAN

71

LAMPIRAN

72

1. DAFTAR KOSA KATA DASAR 72 2. REKAMAN CERITA RAKYAT DAN TERJEMAHANNYA . 76

x

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku bangsa yang masing-masing memiliki bahasa daerahnya. Bahasa merupakan bagian kebudayaan sehingga bahasa daerah merupakan bagian yang penting dari kebudayaan Indonesia. Dengan demikian,masalah pembinaan dan pengembangan bahasa di Indonesia, baik bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara maupun bahasa-bahasa daerah, sudah merupakan masalah yang memerlukan perencanaan secara nasional. Pembinaan dan pengembangan bahasa daerah merupakan keharusan, di samping pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Keharusan ini tertuang dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV, Pasal 36, yang berbunyi sebagai berikut. "Di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara, oleh rakyatnya dengan baik-baik, maka bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh Negara." Sehubungan dengan penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 itu, bahasa Aceh sebagai salah satu bahasa daerah yang masih hidup dan masih dipakai oleh lebih kurang 1.777.701 jiwa masyarakat Aceh perlu dipelihara dan dibina sehingga akan berfungsi sesuai dengan kedudukannya selaku bahasa daerah. Fungsi umum bahasa Aceh ialah sebagai alat komunikasi dalam keluarga dan masyarakat. Aceh, sebagai .pengungkap pikiran, dan kehendaknya. Selain itu, tentu juga berfungsi sebagai lambang identitas dan kebanggaan daerahnya. Dalam hubungan dengan pembinaan bahasa Indonesia, bahasa Aceh mempunyai peranan juga. 1

2

Mengingat pentingnya pembinaan dan pengembangan bahasa Aceh seperti tersebut di atas, penelitian untuk memperoleh data dan deskriptif terhadap bahasa Aceh perlu segera dilakukan. Masalah Berdasarkan survei pustaka dan keterangan lain-lain, ternyata penelitian tentang bahasa Aceh, terutama mengenai struktur dan latar belakang sosialnya belum pernah dilakukan. Padahal struktur bahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang sangat penting untuk pembinaan dan pengembangan bahasa itu, di samping aspekaspek yang lain. Dua buah kamus dan sebuah buku tentang bahasa Aceh yang pernah diterbitkan adalah sebagai berikut. .. 1. Atjehsch Handwoordenboek (Atjehsh-Nederland) oleh J.Kraemer, 1931 2. Atjehsch-NederlandschWoordenbook Djajadiningrat, 1934. 3. Atjehsch Taal

0 leh

Dr. A. R. Hosein

oleh K.F.H. Van Langen, 1889.

Buku itu didasarkan pada bahan atau data beberapa tahun yang lalu sehingga uraiannya tidak sesuai menurut sistem bahasa Aceh yang hidup dewasa ini. Dengan demikian, jelaslah bahwa data dan informasi yang lengkap 'mengenai bahasa Aceh belum tersedia sehingga usaha pembinaan dan pengembangannya belum dapat dilaksanakan menurut semestinya. Oleh sebab itu, masalah-masalah itu merupakan masalah pokok yang perlu segera digarap. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang struktur bahasa Aceh dan latar belakang sehingga dapat memberikan bahan yang berguna bagi pembinaan dan pengemb anganny a. Selain itu, diharapkan juga hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan untuk kelengkapan kepustakaan kebahasaan di Indonesia, terutama kepustakaan bahasa daerah.

3

Secara terperinci tujuan penelitian ini ialah memperoleh data dan informasi tentang: 1) latar belakang, yang mencakup lokasi, luas daerah pemakaian, jumlah pemakai, lingkungan pemakai, tradisi sastra lisan dan tulisan, serta variasi dialektis; 2) struktur bahasa, yang mencakup fonologi, morfologi, dan sitaksis. Wilayah dan Jumlah Pemakai Berdasarkan administrasi pemerintah, Daerah Istimewa Aceh terdiri dari 10 buah daerah tingkat II, yaitu Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Tenggara, Kotamadya Banda Aceh, dan Kotamadya Sabang. Dari jumlah daerah tingkat II itu, yang termasuk dalam wilayah bahasa Aceh ialah Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara, Aceh Barat, Kotamadya Banda Aceh, Kotamadya Sabang, sebagian besar Aceh Timur, dan sebagian Aceh Selatan, sedangkan Aceh Tengah dan Tenggara, masing-masing termasuk wilayah bahasa Gayo dan bahasa Alas. Sebagian kecil Aceh Timur adalah wilayah bahasa Tamiang dan sebagian Aceh Selatan termasuk wilayah bahasa Jamee, bahasa Singkil, dan bahasa Kluet. 'Demikian juga, Pulau Simeulu yang termasuk ke dalam wilayah Aceh Barat adalah wilayah bahasa Simeulu. Dengan demikian, sebagian besar Daerah Istimewa Aceh adalah daerah/wilayah bahasa Aceh. Jumlah penduduk Daerah Istimewa Aceh berdasarkan sensus terakhir 2.002.782 jiwa.'Dari jumlah itu yang mempergunakan bahasa Aceh sebagai bahasa pertamanya (bahasa ibu) adalah sebanyak 1.775.701 jiwa. Berdasarkan jumlah itu dapat dikatakan 80% penduduk Daerah Istimewa Aceh adalah penduduk yang berbahasa ibu bahasa Aceh. Variasi Dialektis Hampir setiap bahasa memiliki variasi dialektis, hanya besar atau kecilnya variasi dialektis itu yang berbeda-beda. Demikian juga dalam bahasa Aceh terdapat juga variasi dialektis, tetapi variasi itu sangat kecil sehingga tidak mengganggu kelancaran dalam berkomunikasi antarpenutur bahasa itu.

4

Berdasarkan letak geografis dialek bahasa Aceh terdiri atas: 1) dialek Aceh Besar, 2) dialek Pidie, 3) dialek Peusangan (Aceh Utara), 4) dialek Pasai, 5) dialek Aceh Timur, 6) dialek Aceh Barat, dan 7) dialek Daya. Dialek Aceh Besar ditandai oleh Pengucapan £" a J7 pada akhir kata V^g diucapkan [t] dalam dialek itu. ltupun terbatas pada beberapa buah kata seperti pada contoh di bawah ini. saka ßakej 'gula' tika ßikej 'tikar' teuka /teukej 'datang' Dialek Pidie ditandai dengan pengucapan bunyi /oi/ untuk bunyi /o/, sebagai berikut. bröh (hroihj 'sampah' cröh [croih] 'menggoreng' tiköh [tikoihj'tikus' Haloh [haloihj 'halus' khoh [khoihj'b annpok' utoh ßitoihj 'tukang' 1.5 Peran dan Kedudukan 1.5.1 Tempat dan Situasi Pemakaian Dalam penggunaan sehari-hari bahasa Aceh dipakai dalam lingkungan keluarga dan masyarakat pada suasana tidak resmi. Dalam percakapan pada pertemuan airsan yang bersifat keluarga, upacaraupacara adat, dan rapat umum pada umumnya dipergunakan bahasa Aceh, kecuali di kota-kota. Di kota-kota dalam situasi itu kebanyakan mempergunakan bahasa Indonesia. Dalam khotbah-khotbah penggunaan bahasa Aceh sudah mulai terdesak oleh penggunaan bahasa Indonesia, baik di desa-desa maupun di kota-kota. Penggunaan bahasa Aceh yang agak menonjol ialah di pasar-pasar, baik di kota-kota besar maupun di pekan^ekan demikian juga di kantor pemerintah,

5 baik pegawai maupun orang-orang yang berurusan ke kantor. Akan tetapi, penggunaan bahasa tergantung kepada lawan berbicara. Seandainya lawan berbicara adalah orang yang berbahasa Aceh, bahasa pengantar yang dipergunakan adalah bahasa Aceh. Sebaliknya, jika lawan berbicara adalah yang bukan berbahasa ibu bahasa Aceh, bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Pidato pengarahan dalam pertemuan antara camat dan kepala-kepala kampung atau kepala mukim pada umumnya menggunakan juga bahasa Aceh. Dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang baru dikenal, penggunaan bahasa Aceh tergantung kepada situasi dan lawan berbicara. Kalau lawan berbicara memulai dengan bahasa Indonesia walaupun ia sebenarnya orang yang berbahasa ibu bahasa Aceh, bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia. Di sekolah-sekolah, kecuali di kota-kota bahasa Aceh, masih dipergunakan sebagai bahasa pengantar di kelas I - III SD walaupun persentasenya sangat kecil, yaitu sekitar 5%, sedangkan bahasa Aceh sebagai alat pembantu terutama untuk pelajaran yang sukar masih juga dipergunakan sampai kelas VI SD yang berada di desa. Penggunaan bahasa Aceh di luar situasi belajar antara guru dan murid mencapai 50%. Secara singkat dapat disimpulkan mengenai tempat dan situasi pemakaian bahwa bahasa Aceh dipakai dalam lingkungan keluarga dan lingkungan kekerabatan, baik pada situasi formal dalam lingkungan sosial maupun dalam lingkungan pemerintahan. 1.5.2 Tradisi Sastra Lisan Bahasa Aceh bukan hanya sebagai bahasa percakapan, tetapi juga memiliki tradisi sastra lisan yang meluas dalam masyarakat Aceh. Jenis sastra lisan yang dikembangkan melalui media bahasa Aceh antara lain sebagai berikut: a. Sindiran dan Montera Contoh: He kilat taloe meureuntang Anak u rang teugila-gila Maken ku tidak maken that datang Maken kupandang maken that gila

6 b. Hadih Maja (Peribahasa Aceh) Contoh: Meuseuruek bak aleue jai 'Terperosok pada lantai yang rapat' Lagee laumo rot situek 'Seperti lembu memakan api pinang' c. Puisi Rakyat Contoh: Bungong meulu puteh meupoe-proe Bungong teubee meucula-cula Ada jeuet gata bungong mangkat bee Lon Ihat bak ulee beurang ho Ion ba d. Ceritera. Prosa Rakyat Contoh: Haba Peulandok cerita pelanduk' Haba Pancuri Tujoh 'ceritera tujuh pencurf Haba Keubeue 'ceritera kerbau' Haba Nenggroe Jen 'ceritera negeri jin' Haba Teungku Syiah Khudam 'Bayan Budiman' Haba Boh Mancang 'ceritera buah embacang' e. Nyanyian Rakyat Contoh: Taek egle 'naik ke gunung Bungong J'eumpa 'bunga cempaka' 1.5.3 Tradisi Sastra Tulis Dalam bahasa Aceh terdapat juga tradisi sastra tulis. Tradisi tulis-menulis itu mempergunakan huruf Latin. Selain huruf Latin, huruf Arab terdapat juga dalam tradisi sastra tulis atau kegiatan tulis-menulis pada umumnya. Orang tua Aceh yang buta huruf Latin selalu menggunakan huruf Arab untuk kegiatan tulis-menulis sehingga tidak ada orang Aceh yang termasuk

7 golongan buta huruf Arab. Penggunaan huruf Arab sebagai media sastra tulis pada umumnya terdapat pada hasil karya sastra lama, seperti pada Hikayat Putroe Geumbak Meuh, Hikayat Raja-raja Aceh, Hikayat Malem Diwa, dan Hikayat Malen Dagang. Sebaliknya, hasil sastra tulis angkatan baru semua ditulis dalam bahasa Aceh dengan menggunakan huruf Latin. Contoh: 1) Bungong si Tungkoi oleh Tgk. Nurdin 2} Bungong Mawoe Deyah Boro oleh Anzieb 3) Bungong Rampoe oleh H.M. Zainuddin 4) Seumangat Aceh oleh Abdullah Arief 5) Seuramoe Mekkah oleh Ismuha 6) Pantoun Aceh oleh Abdullah Arief

Studi Pustaka Sebagaimana yang telah dikemukakan, bahan kepustakaan mengenai bahasa Aceh sangat terbatas sehingga studi pustaka dalam rangka penelitian struktur bahasa Aceh ini terbatas pada bahan bahan sebagai berikut. 1) Atjehsch Taal oleh R.F.H. van Langen 2) Lee Saboh Nang oleh Vriss ngon Haji Abubakar 3) Atjehsch Nederlandsch woordenboek oleh Dr. R.A. Husein Djajadiningrat. 4) Atjehsch Handwoordenboek (Atjehsch Nederlandsch) oleh J. Kraemer 5) Atjehers oleh Snouck Hurgronje 6) Fonologi dan Morfologi Bahasa Aceh oleh Zaini Ali Metoda Penelitian struktur bahasa Aceh ini dilakukan dengan pendekata deskriptif. Data yang dipergunakan adalah korpus data yang terd ri daii kata dan kalimat yang direkam dari informan, yang berbahas ibu bahasa Aceh. Selain itu, direkam juga ceritera rakyat.

8 Informan terdiri dari, baik laki-laki dan perempuan, baik yang berpendidikan dan yang tidak, dipilih dari umur yang berlainan, baik tua maupun yang muda, dengan memperhatikan faktor kelancaran ucapan. Selain rekaman, diadakan juga wawancara dengan orang-orang yang dianggap cakap mengenai materi penelitian. Wawancara ini dipergunakan juga untuk memperoleh data tentang peran dan kedudukan. Sebelum peneliti terjun ke lapangan, kerangka struktur bahasa Aceh sudah dipersiapkan sebelumnya sehingga teknik pengecekan kembali kepada informan dapat dilakukan. Teknik ini dapat dilakukan karena tim peneliti adalah penutur bahasa Aceh.

BAB II FONOLOGI 2.1

Fonem Fonem-fonem dalam bahasa Aceh dapat dibagi dalam dua ke lompok besar, yaitu fonem segmental dan fonem suprasegmental.

2.1.2 Fonem Segmental Fonem segmental terdiri dari dua jenis, yaitu fonem vokal dan fonem konsonan. a. Fonem Vokal Dalam bahasa Aceh, di samping vokal, terdapat juga vokal sengau (nasalized vowel). Jumlah fonem vokal dalam bahasa Aceh ada lima belas buah, yaitu sembilan vokal tunggal biasa (nonnasalized vowel) dan enam vokal sengau (nasalized vowel). Dalam bahasa Aceh terdapat vokal ganda (diphthong), baik yang tidak sengau maupun yang sengau. 1) Transkipsi fonemis dan pasangan minimal vokal Vokal [i] terdapat pada contoh berikut. ija ßjaj 'kain' aja a/a /âja/ ajar' gli /glj7 'geli' [e]

gla Qla] licin ' sirong [siiorfl 'miring' sarong /saro»)J 'sarung'

seperti pada kata pade /pad§7 'padi"

Bukti [e]: 9

10 peh /pêhj 'menggiling' pih /pih7 'juga' tapeh /tapeh7 'sabut kelapa' tapih /tapih7 'mengelak dengan tangan' seperti pada kata:

/ E

bek bak hek / a /

I

/hakj 'ltak' £ e ' k j 'naik' f e'k J 'tahi'

Seperti pada kata: bak bek bah boh

/i

/pêkj jangan hak /aak7 'pohon' ek [h e k j lelah 'ek

[bak J £"bêk J f ball J [ bóh J

'pohon' 'jangan' "biar' 'buah, kemaluan lelaki'

Seperti pada kata: lop /îopj 'balik' lap /lap/ 'menglap' koh /k5rj7 'potong' kah /kahj Tcau'

/ o /

Seperti pada kata: ok [o kj 'rambut' ok [kj 'bohong' boh / boh J. tuang, taruh ke piring' boh £bahj'buah' pöt £pot.7 'mengipas' pot Z"potJ7 'memetik'

/u/

Seperti pada kata: ulèe /TuleaJ'kepala' alee £aled_/'alu' s" [svü 'suara' sa /"saj 'satu' buku fbukuj Tiuku' buka fbukaj 'buka'

11

/q/

Seperti pada kata: eungkót /fankot J 'mengangkut' angkat /ankotj 'mengangkut' teuka /7tuka_7 'datang' tuka £tukaj 'tukar'

/ a /

S eperti pada kata: le I »/ *benyak' le /"lej 'oleh' let [lét] 'kejar' let [€stj 'mencabut' BAGAN FONEM VOKAL

Depan atas \ n \ Tengah u/ u~7 Belakang atas Depan tengah atas \ e \ / o/ Belakang tengah atas / / Belakang tengah Depan tengah \ £ \ Depan bawah \à U/ Belakang bawah 2) Trnaskripsi fonemis fonem vokal sengau dan pasangan minimalnya I i/

Seperti pada kata: ' £ G J J 'mendesis' ci l ci I 'coba' c

Cr»

/£ I

Seperti pada kata: syeh CS&lD 'sedikit' syeh Istt)~J ' s y en ' bre 0> f^CZl 'bunyi air jatuh' brè ßr>£ 'J 'lamban,malas'

t**

I cl I

Seperti pada kata: sah [sâhj 'bisik' sah /"sahJ 'sah' crahlXta-b&j 'tumis' crah £CruhJ 'retak'

12 /}/

Seperti pada kata:

on/

ngon

kawan

/simak/ /laba/

simak laba

/r/ /j/ /h/ /w/

r j h w

/rugoa/ /yum/ /haba/ /wia/

rugoe yum haba wie

perhatikan untung/ laba rugi harga kabar kiri

/oi/ /ua/ /oa/ /ai/ /oa/

oi ue oe ei eue

Diftong sengau

/S/ /ft/

id fil

Cm

bodoh

bawa

38

BAB III MORFOLOGI 3.1

Afiksasi

Yang dimaksud dengan afiksasi ialah pemberian imbuhan pada suatu bentuk (morf). baik pada bentuk tunggal maupun pada bentuk kompleks dalam rangka pembetukan kata baru. 3.1.1 Distribusi Imbuhan (afiks) Berdasarkan hasil penelitian maka dalam bahasa Aceh terdapat tiga kelompok imbuhan yaitu 1) awalan (prefiks), ÇL) sisipan (infiks)» dan (3) akhiran (sufiks). Di antara ketiga kelompok imbuhan itu yang terbanyak ialah awalan dan akhiran, sedangkan sisipan hanya empat buah saja. Secara keseluruhan dalam bahasa Aceh terdapat 33 imbuhan, yaitu 17 awalan, 12 akhiran, dan 4 sisipan. Setiap imbuhan itu akan diuraikan dalam pemakaian kata-kata. a. Awalan Awalan dalam bahasa Aceh berjumlah 17 buah; terdiri dari 8 buah awalan biasa dan 9 buah awalan kata ganti orang (personal prefiks). 1) Awalan biasa a) awalan {meu-} Contoh:

meugrak 'bergerak'; meukeue 'berhadapan'; meujampu 'bercampur'; meugaki 'berkaki'

b) awalan {peu-} Contoh: peulikot 'membelakangi'; peukhem 'menertawakan' peunduek 'meletakkan'; peurayak 'membesarkan' 39

40

c) awalan {beu-} Contoh: beuteuhah 'sampai terbuka'; beumiyup 'sampai rendah' beumate 'sampai mati'; beumangat 'sampai enak' d) awalan {keu-} Contoh: keudua 'kedua'; keusoe 'untuk siapa' keupadum 'yang keberapa'; keulon 'untuk saya' e) awalan {teu-} Contoh: teukap 'tergigit'; teuduek 'terduduk' teumat 'terpegang'; teuntok 'terantuk' 0 awalan {si-} Contoh: siuroe 'sehari'; sikilo 'sekilo' sigohlom 'sebelum'; sipat 'satu tempat' g) awalan {neu-} Contoh: neungui 'dandanan'; neulhat 'sangkutan' neurok 'pintu pagar'; neurajah 'mantera' h) awalan {seu-} Contoh: seulawet 'selama'; seubaro 'membaharui' seumalèe 'memalukan'; seumanoe 'memandikan' 2) Awalan kata ganti orang (personal prefiks) Awalan kata ganti orang dapat diklasifikasikan sebagai berikut. a) Awalan kata ganti orang pertama: (1) awalan {ku-} Contoh: kubloe 'kubeli'; kupoh 'kupukul' kukab 'kugigit'; kuplueng 'kulari' (2)

awalan {meu-} Contoh: meuwoe 'kami pulang'; meujak 'kami pergi' meudeungo 'kami dengar'; meungisa 'kami kembali' meukalon 'kami lihat'

(3) Awalan {ta-} Contoh: tagrak 'kita angkat'; tame 'kita bawa' tatarak 'kita tarik'; tamat 'kita pegang'

41 b) Awalan kata ganti orang kedua: (1)

awalan {ka-} Contoh: kapoh 'kaupukul'; kacok 'kauambil' kawoe 'pulanglah kamu'; katiek 'kamu letakkan'

(2)

awalan {ta-} Contoh: taduek 'duduklah'; tapiyóh 'singgahlah' taweh 'pergikah'; taintat 'antarlah'

(3)

awalan { neu-} Contoh: neuwoe 'pulanglah'; neubloe 'belilah' neupeugah 'katakanlah'

c) Awalan kata ganti orang ketiga: (1)

awalan {ji-} Contoh: jimeureunoe 'dipelajarinya'; jimeupake 'dia berkelahi' jitarek 'ditarik'; jikheun 'dikatakan'

(2)

awalan {geu-} Contoh: geumeukat 'beliau berjualan'; geubri 'beliau berikan' geupasoe 'beliau isi' ; geusak 'beliau masukkan'

(3)

awalan {neu-} Contoh: neuyue 'beliau suruh'; neusipak 'beliau menyepaki' neudhet 'beliau memarahi'; neupiku 'beliau memikiri'

b) Akhiran Akhiran dalam bahasa Aceh berjumlah 12 buah, terdiri dari 5 akhiran biasa dan 7 akhiran kata ganti orang (personal-sufiks). 1) Akhiran biasa: a)

akhiran { keulimong 'kelima-limanya'

e. Awalan {teu-} Awalan {teu-} ini hanya membentuk kata kerja dari kata kerja. Artinya ialah: 1) menyatakan perbuatan tidak sengaja. Contoh: {teu} + {antok}—*teuantok 'terantuk' 2) menyatakan pasif. Contoh: {teu} + {ikat} » teuikat 'terikat' {teu} + { kurong }~*.teukurong 'dikurung' f. Awalan {si-} Awalan {si-} ini baik fungsi maupun arti sama dengan awalan sidalam bahasa Indonesia

48 Contoh:

{si} + {bak} —*sibak 'sebatang' (si} + {droe} —*sidroe 'seorang' {si} + {malam}-» simalam 'semalam'

g. Awalan {neu-} Awalan neu- membentuk kata benda dari kata kerja, yang berarti hasil perbuatan yang tersebut pada kata dasarnya. Contoh:

{neu}+ {me} -*neume {neu} + [ngui}-*neungui

'bawaan' 'dandanan'

h. Awalan {seu-} Awalan seu- membentuk kata kerja dari kata sifat, yang berarti menjadikan seperti yang tersebut pada kata dasarnya. Contoh:

(seu) {seu/

+ ('baro} —*seubaro 'membaharui' + {malee} —+seumalee 'memalukan'

i. Awalan Kata Ganti Orang Awalan kata ganti orang dalam bahasa Aceh yang berjumlah sembilan buah, semuanya diimbuhkan pada kata kerja. Fungsinya maupun artinya menunjukkan pelaku terhadap kata kerja yang mengikutinya. 1) Awalan kata ganti orang pertama. a) Awalan {ku-} Fungsi dan arti awalan {ku-} menunjukkan bahwa pelaku pada kata kerja yang mengikutinya adalah orang pertama tunggal, yaitu Ion (saya). Contoh: Lon kumeujak u biang 'saya maupergi ke sawah' b) Awalan {meu-} Fungsi dan arti awalan /meu-/ menunjukkan bahwa pelaku pada kata kerja yang mengikutinya adalah orang pertama jamak, yaitu kamoe 'kami'. Contoh: kamoe meuwoe bak sikula 'kami pulang dari sekolah'. c) Awalan /ta-/ Fungsi dan arti awalan ta- menunjukkan bahwa pelaku pada kata

49 kerja yang mengikutinya adalah orang pertama jamak dan lawan berbicara, yaitu geutanyoe 'kita'.

termasuk

Contoh: Geutanyoe taplueng beubagah 'Kita lari kencang-kencang' 2) Awalan kata ganti orang kedua a) Awalan [ka-j Fungsi dan arti awalan {ka-} menunjukkan bahwa pelaku pada kata kerja yang mengikutinya adalah orang kedua yang umurnya lebih muda daripada si pembicara, yaitu kah 'kamu'; 'engkau'. Contoh:

Kah kapeungeut Ion baroe 'Engkau mendustai aku kemarin'

b) Awalan {neu-} Fungsi dan arti awalan {neu-} menunjukkan bahwa pelaku pada kata kerja yang mengikutinya adalah orang kedua yang umurnya lebih tua daripada si pembicara, yaitu droeneuh 'anda'. Contoh: pung'

Pajan neuwoe u gampong 'Kapan Anda pulang ke kam-

c) Awalan {ta-} Fungsi dan arti awalan {ta-} menunjukkan bahwa pelaku pada kata kerja yang mengiktuinya adalah orang kedua yang umurnyanya le muda tetapi dihormati oleh si pembicara, yaitu gata 'kamu'. Contoh:

Gata ho tameujak uroenyoe 'Engkau mau pergi ke mana hari ini?'

3) Awalan kata ganti orang ketiga a) Awalan {ji-} Awalan {ji-} ini selain sebagai awalan kata ganti orang ketiga, juga sebagai awalan kata ganti untuk binatang dan benda lain, baik tunggal maupun jamak. Fungsi dan arti awalan ji- menunjukkan bahwa pelaku pada kata kerja yang mengikutinya adalah orang ketiga yang umurnya lebih muda daripada si pembicara, yaitu jih 'ia, dia'. Contoh: Jih jituleh surat 'Dia menulis surat' Contoh kata ganti untuk binatang

50

Leumo nyan teungoh jimeurot di lampoh 'Lembu itu sedang makan rumput di kebun'. b) Awalan {geu-} Fungsi dan arti awalan {geu-} menunjukkan bahwa pelaku pada kata kerja yang mengikutinya adalah orang ketiga tunggal dan jamak yang umurnya lebih tua daripada si pembicara. Contoh:

Mak ka geujak u peukan 'Ibu sudah pergi ke pasar'.

j . Fungsi dan arti sisipan {-eum-} 1) Membentuk kata kerja dari kata kerja, dengan arti melakukan perbuatan seperti yang tersebut pada kata dasar seperti: sampoh — » skumampoh sipat — * seumipat

'menyapu' 'mengukur'

2) Membentuk kata kerja dari kata benda; artinya melakukan perbuatan dengan mempergunakan alat yang tersebut pada kata dasarnya, seperti: kawe

keumawe 'mengail'

k. Sisipan {-eun-} 1) Membentuk kata benda dari kata kerja; artinya adalah menyatakan yang dapat di. Contoh:

pajoh —+peunajoh peugot —*peuneugot

'makanan' 'buatan'

2)Membentuk kata benda dari kata sifat; artinya adalah menyatakan: hasil/menyerupai. Contoh:

payah —*peunayah kuneng —*keununeng

'hasil jerih payah' 'menyerupai kuning'

1. Sisipan {-eul-} Sisipan {-eul-} tidak produktif lagi dan hampir hilang dalam pemakaian. 1) Fungsinya membentuk kata benda dari kata kerja; artinya adalah menunjukkan untuk melakukan perbuatan yang disebut pada kata dasar. Contoh:

sumpai —*seulumpai gantoe —» geulanto

'alat penutup lubang' 'pengganti'

51 2) Membentuk kata benda dari kata benda; artinya adalah menunjukkan benda. Contoh:

lapak — ^ teulapak

'telapak ^ k i '

m. Sisipan {-eur-} Sisipan {eur-} pun tidak produktif lagi. 1) Fungsinya membentuk kata kerja dari kata kerja, yang berarti menyatakan perbuatan yang berulang-ulang. Contoh:

gudhuk —>gearuduk

'terantuk-antuk'

2) Membentuk kata benda dari kata kerja. Contoh:

ceulop —*-ceureulop

'alat pewarna kain'

o. Fungsi dan arti akhiran {-an} Fungsi dan arti akhiran /-an/ dalam bahasa Aceh sama dengan fungsi dan arti akhiran {-an} dalam bahasa Indonesia. Kemungkinan akhiran {-an} ini pengaruh dari bahasa Indonesia. Fungsi akhiran {-an} ini ialah: 1) Membentuk kata benda dari kata kerja, akhiran ini berarti: a) menyatakan tempat Contoh:

{kurong} + {an}—+Jcurongan {sangkot} + {an}— n

'kurungan' 'sangkutan'

b) yang di Contoh:

{harap} {uroh}

+ harapan 'yang diharap' + {an}—**uronan 'yang diurus'

c) menyatakan hasil Contoh:

{pike {r} } + {an}—^pikeran 'pikiran' {bagi} + /an}—> bagian 'bagian

2) Membentuk kata benda dari kata sifat; artinya mempunyai sifat seperti yang tersebut pada kata dasar. Contoh:

(koto (r) } {kuneng}

+ (an}—>kotoran 'kotoran' + {an,}—*kuneng- 'kuningan' an

52

p. Akhiran {-kon} Akhiran {-kon} pada umumnya merupakan akhiran pada kata-kata penunjuk waktu dan mempunyai arti sejak atau dari. Contoh: bunoe&on 'sejak tadi'; jameun/con 'sejak dulu' Dalam beberapa hai akhiran ini dapat disamakan dengan akhiran {-kan} dalam bahasa Indonesia, baik mengenai fungsi maupun mengenai artin

^a'

À i

Contoh: nakon 'adakan'; jehkon, 'itukan'; nyoekon 'yakin' 'AilÏ!1F.-yi:

q. Akhiran {-cit} Akhiran {-cit} berfungsi mengeras arti sehingga akhiran -cit berarti iuga: juga -fctau ,/H*/?, ,ßL Contoh:

kahcit 'kamu juga'; ureueng nyancit 'orang itu juga'; adakcit 'walaupun iagnui afigu3b ßmr,2 riai)/. Êeailsci r fiße$W^i.:{-i#i}in8:>I .ßhsnobni t Fungsi dan arti akhiran -pih'isama dengan fungsi dan arti akhiran {-rit}. Contoh;

lonpih 'saya juga'^nyoepih 'ini juga'; geucikpih 'kepala kampungpun

, i , s. Akhiran {-keuh} gotmrä ' nö^nryivrX«—{as) Fungsi daB^arti akhjrsn:4-K$.uW-«W3» dengan akhiran {-kah} dan {-lah} dalam bahasa Indonesia. Contoh;r nakeuh 'adalah'; pajankeuff 'kapankah'; soekeuh 'siapa/arti' +

t. Akhiran kata ganti orang

Akhiran kata ganti orang ini berjumlah 7 buah dan semuanya diimbuhkan pada akhir kata benda. Fungsi dan arti kata ganti orang-menyatakan kepunyaan: IMtf ,' !

1) Akhiran kata ganti orang pertama. )a\a i)'Akhiran

kuh} ns

;JBÜS

aiEÀ neb sbnad

akhiran {-kuh} termasuk akhiran kata ganti orang pertama, yaitu kee 'aku. Akhiran {-kuh} ini menjurus pada pemakaian bahasa yang kasar. **—(rus) {gnaj

53

Fungsi dan artinya menyatakan milik (kepunyaan) orang pertama tunggal. Contoh:

aneukkuh 'anakku'; hartakuh 'hartal'.

b) Akhiran {-meuh} Fungsi dan arti akhiran {-meuh} menunjukkan bahwa benda yang disebutkan pada kata dasarnya adalah kepunyaan orang pertama jamak, yaitu kamoe 'kami'. Contoh: rumohmeuh 'rumah kami'; atrameuh 'milik kami'; gampongmeuh 'kampung kami'. c) Akhiran {-teuhj Fungsi dan arti akhiran {-teuh} menunjukkan bahwa benda yang disebut pada kata dasar adalah kepunyaan orang pertama jamak, yaitu guetanyoe 'kita' Contoh: nanggroeteuh 'negeri kita'; bueteuh 'pekerjaan kita' 2) Akhiran kata ganti orang kedua a) Akhiran {-keuh} Fungsi dan arti akhiran {-keuh} menunjukkan bahwa benda yang disebut pada kata dasar adalah kepunyaan orang kedua tunggal, yaitu kah 'kamu'. Contoh: adekkeuh 'adikmu'; atekeuh 'hatimu' Selain akhiran {-teuh} untuk kata ganti orang kedua tunggal ini dipergunakan juga akhiran {-teuh}. Akhiran {-teuh} ini digunakan apabila lawan berbicara adalah orang kedua yang disegani atau dihormati oleh si pembicara. Contoh: aneukteuh 'anakmu'; atrateuh 'milikmu' kamengteuh "kambingmu ' b) Akhiran {-neuh} Fungsi dan arti akhiran ,-neuh) menunjukkan bahwa benda yang disebut pada kata dasar adalah kepunyaan orang kedua tunggal yang umurnya lebih tua daripada si pembicara, yaitu droeneuh 'anda'.

54

Contoh: keudeneuh 'kedai anda'; blangneuh 'sawah anda'; peurohoneuh 'perahu anda'. 3) Akhiran kata ganti orang ketiga a) Akhiran {-jih} Fungsi dan arti akhiran {-jih} menunjukkan bahwa benda yang disebut pada kata dasar adalah kepunyaan orang ketiga tunggal, yaitu, jih 'dia'. Contoh bajeejih 'ha]unya'; adejih 'adiknya'; rumohjih 'rumah/ya' Selain itu akhiran {-jih} ini juga menyatakan kepunyaan binatang, atau tumbuh-tumbuhan. Contoh: buleejih 'bulu/ya'; dheunjih 'dahannya' b) Akhiran {-geuh} Fungsi dan arti akhiran {-geuh} menunjukkan bahwa benda yang disebut pada kata dasar adalah kepunyaan orang ketiga yang umurnya lebih tua daripada si pembicara, yaitu gobnyan 'beliau'. Contoh: cucogeuh 'cucu beliau'; motogeuh 'mobil beliau'; murid geuh 'murid beliau' 3.2

Reduplikasi (Perulangan)

Pembentukan kata dalam bahasa Aceh dapat pula dilakukan dengan perulangan morfem bebas atau kata kompleks, baik sebagian maupun keseluruhan dengan perubahan atau tanpa perubahan fonem. Kata yang dibentuk oleh proses perulangan seperti itu dinamakan kata ulang Reduplicated words) 3.2.1 Tipe-tipe Perulangan Dalam bahasa Aceh mengenal beberapa tipe perulangan, yaitu: a. Perulangan utuh (murni), yakni perulangan yang kata dasarnya diulang secara utuh. Perulangan utuh terdiri dari: 1) Perulangan kata kerja, seperti: plueng-plueng 'berlari-lari' jak-jak 'berjalan-jalan'

55

2) Perulangan kata benda, seperti: rumoh-rumoh 'rumah-rumah' buku-buku 'buku-buku' 3) Perulangan kata sifat, seperti: beuhe-bcuhe 'berani-berani' itam-itam 'hitam-hitam' 4) Perulangan kata bilangan, seperti: dua-dua 'dua-dua' peuet-peuet 'empat-empat' b. Perulangan utuh dengan variasi vokal, seperti: tam-tum 'tiruan bunyi tembakan' gram-grum (tiruan bunyi orang berjalan di lantai) krieb-krieb (tiruan bunyi ayam) c. Perulangan partial, yaitu perulangan yang hanya sebagian saja mengulang suku kata dasarnya; jadi, pengulangannya tidak utuh, seperti: siat-at 'sebentar-sebentar' peuleuheuen-leuheuen 'perlahan-lahan' 3.2.2 Kombinasi Perulangan dengan Afiks Kombinasi perulangan dengan afiks ini meliputi kombinasi perulangan dengan awalan, sisipan, dan akhiran. a. Kombinasi perulangan dengan awalan, baik dengan awalan biasa maupun dengan awalan kata ganti orang. 1) Kombinasi perulangan dengan awalan biasa. Contoh:

meulet-let 'berkejar-kejaran' meuthon-thon 'bertahun-tahun' meuseunoh-seunoh 'berebut-rebut'

2) Kombinasi perulangan dengan awalan kata ganti orang. Contoh:

jigrop-grop 'ia berlompat-lompat' kangieng-ngieng 'kamu lihat-lihat'

b. Kombinasi perulangan dengan sisipan. Contohnya: koh-koh —^keuh-keuh —>k + eum + euh + koh keumeukoh + keumeukoh 'memotong padi'

56

c. Kombinasi perulangan dengan akhiran. Contoh:

3.3

soe-soekeuh 'siapa-siapakah' peu-peukeuh 'apa-apakah'

Pemajemukan (Kompositum)

Pembentukan kata dalam bahasa Aceh dapat pula dilakukan dengan jalan persenyawaan (kompositum), yaitu dengan cara penggabungan dua kata atau lebih, baik kata dasar maupun kata berimbuhan yang dapat melahirkan satu pengertian. Kata yang dihasilkan dengan proses tersebut dinamakan kata majemuk. (compound word). Bahasa Aceh hanya mengenal satu jenis pemajemukan, yaitu pemamukan utuh. Pemajemukan utuh adalah pemajemukan tanpa ada perubahan fonologis antara komponen-komponennya. Pemajemukan utuh ini1, terdiri atas sebagai berikut. 1 ) Pemajemukan yang mempunyai hubungan setara, yaitu kata-kata yang tersusun dalam persenyawaan adalah unsur-unsur yang sama derajatnya. Contoh:

bloe-publoe 'jual beli' paneuk-panyang 'panjang pendek' uroe malam 'siang malam' la koe binoc 'suami istri'

2) Pemajemukan yang tidak mempunyai hubungan setara, yaitu katakata yang tersusun dalam persenyawaan mempunyai hubungan diterangkan menerangkan. Unsur kedua menerangkan unsur pertama. Contoh:

inong pade 'induk padi' aneuk bajeueng 'anak jazah'

3) Pemajemukan yang menimbulkan arti kiasan/ungkapan. Contoh:

=

tuloe rueng 'bandel' tajam babah 'mulut lancang' lalat mirah (orang yang memfitnah orang lain) burujuek balee 'orang yang selalu merepet'

BAB IV SINTAKSIS 4.1

Klausa

Klausa ialah konstruksi yang memiliki subjek dan predikat sendiri dan membentuk bagian dari kalimat. Ada klausa yang dapat berkembang jadi kalimat, biasanya kalimat sederhana (klausa demikian disebut klausa bebas), dan ada pula klausa yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari kalimat (klausa demikian disebut klausa terikat). 4.1.1 Klausa Verbal Klausa verbal ialah klausa yang predikatnya terdiri dari verbal (kata kerja), seperti terdapat pada contoh di bawah ini. ( 1)

( Aneukj nyang teungoh manoe jeh . . . '(Anak) yang tengah mandi itu' . . .

(2)

(Bak kayee) nyang reubah baroe . . . Y Pohon) yang tumbang kemarin' . . .

(3) ( Dara baro) nyang duek jeh . . . '( Penganten baru) yang duduk itu' . . . 4.1.2 Klausa Verbal Transitif Klausa verbal transitif ialah klausa yang verbalnya diikuti oleh objek. Contoh: (1) (2)

Ureung nyang teungoh jeb kupi dilua . . . 'Orang yang sedang minum kopi di luar... Si dara nyang banlheuh tampoe breuh . . . 'Gadis yang baru saja menampi beras' 57

58 (3)

Aneuk nyangpubloc eungkot bunoe.. . 'Anak yang jual ikan tadi. . .

4.1.3 Klausa Verbal Intransitif Klausa verbal intransitif ialah klausa yang tidak diikuti oleh objek. Contoh: (1) Aneuk again nyang manoe di krueng. . . 'Anak lelaki yang mandi di sungai . . . (2)

Guda nyang plueng jeh . . . 'Kuda yang lari itu . .

(3)

Dara nyang teungoh seumeurhah di mon. . . 'Gadis yang sedang mencuci di sumur. . .

(4)

. . . nyang teungoh mubungong ka mate. ' . . yang sedang berbunga sudah mati.

(5)

. . . nyang woe u gampang bcuklam ' . . yang pulang ke kampung tadi malam'

(6)

...

nyang teuka ngon kupai teureubang

. . yang datang dengan kapal terbang' 4.1.4 Klausa Transitif klausa transitif ialah kalusa verbal dengan hanya satu objek. Contoh: (1) (2)

nyang koh pade jeh bang D olah yang memotong padi itu bang Dolah' . . . nyang peubah pinta bunoe nek Ion . . yang buka pintu tadi nenek saya'

...

(3)

. . . nyang meuhei geutanyoe bak keurija. . . yang mengundang kita ke pesta'

(4)

. . . nyang croh eungkot di dapu. '. . yang menggoreng di dapur!

4.1.5 Klausa Aktif Klausa aktif ialah klausa yang subjeknya menjadi pelaku. Contoh : (1)

. . . nyang meunari jeh ceudah that. . . yang menari itu cantik sekali'

59 nyang ikot kuliah bunoe beungoh cit peuet pion droe. yang ikut kuliah tadi pagi hanya empat puluh orang' nyang teulat teuka haroh preh siat. yang terlambat datang harus tunggu sebentar' nyang meusulet meuri bak ie muka. yang berdusta kentara pada wajah'

(2) (3) (4)

4.1.6 Klausa Pasif Klausa pasif ialah klausa yang subjeknya bukan pelaku. Contoh: nyang geudhot le guru cit jeuheut. yang dimarahi oleh guru memang nakal. nyang geubloe le ma kureueng got. yang dibeli oleh mama kurang baik' nyang jipujoe hana thee keudroe. yang dipuji/sanjung lupa daratan' nyang jiuji bunoe hana Moh. yang diuji tadi tidak lulus'

O) (2) (3) (4)

4.1.7 Klausa Nominal Klausa nominal ialah klausa yang predikatnya terdiri dari nomina (kata benda). Contoh: (1) (2)

... ' . . ... ' . .

nyang nyoe meuh Aceh, kon meuh London. yang ini mas Aceh, bukan mas London' nyang jeh bang Ali, kon bang Lullah. yang itu bang Ali, bukan bang Dullah'

4,1.8. Klausa dengan Kata Sifat Klausa dengan kata sifat ialah klausa yang predikatnya terdiri dari kata sifat (ajektif)Contoh: (1)

. . . jeh nyang nadak baroe. ' . . Itu (orang) yang sakit parah kemarin'

60

(3) (4)

nyang teungeut nyan soe? yang ngantuk itu siapa? nyang raya bläh wie, rumoh Pak Amir. yang besar di sebelah kiri, rumah Pak Amir' nyang kaya teukabo. yang kaya takabur'

4.2. Struktur Frase Yang dimaksud dengan frase ialah rangkaian atau rentetan dari dua kata atau lebih yang disusun secara gramatikal, tetapi rangkaian kata-kata tersebut tidak memiliki subjek atau predikat, seperti: rumah besar, rumah makan, rumah kayu, rumah di ujung jalan Bahasa Aceh memiliki struktur frase yang tidak berbeda dengan struktur frase bahasa Indonesia, yaitu yang diterangkan mendahului yang menerangkan. Contoh: Rumoh D (yang diterangkan) rumoh kayee D M

rayek M (menerangkan)

'rumah besar' D M

'rumah kayu' D M

Bahasa Aceh memiliki empat jenis frase, yaitu frase (1) nominal, (2) Verbal, (3) ajektif dan (4) numeral.

4.2.1 Frase Nominal (Noun Phrase) a. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata benda (KB + KB) yang menunjukkan hubungan atributif. Contoh: rumoh kayee 'rumah kayu' keurusiawe 'kursi rotan' keude ija 'toko kain' euncien meuh 'cincin emas'

61 b. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata sifat (KB + KS) Contoh: buku baro 'buku baru' sikin tumpoi 'pisau tumpul' aneuk jeumot 'anak rajin' ujeun tunyai Tiujan lebat' c. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata kerja (KB + KJ). Contoh: keubeue meukubang 'kerbau berkubang' ureueng khem 'orang ketawa' guda sipak 'kuda terjang' ureueng manoe 'orang mandi' d. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata tambahan (KB + KT) Contoh: keude di keue 'kedai di depan' moto di likot 'mobil di belakang' surat haba baroé 'surat kabar kemarin' aneuk dara di M/A:'anak gadis di kamar' e. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata penanya (KB + KP) Contoh: peng sipo 'uang siapa' ; jalan toh 'jalan mana' ureueng pane 'orang dari mana'; bajee biek toh 'baju yang bagaimana' f. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata penunjuk (KB + KP). Contoh: bajee nyoe 'baju ini'; parang nyan 'parang itu' aneuk jeh 'anak itu'; pingan nyoe 'piring ini' g. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata penunjuk milik (KB + KM).

62 Contoh: sipatu jih cuda Ion lakjoe malot sikula kamoe

'sepatu dia' (sepatunya) 'kakak saya' 'Suami makcik' 'sekolah kami'

h. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata bilangan (KB + KBIL) Contoh: bareh keudua ureueng rame uroe keupeuet' aneuk phon

'baris kedua' 'orang banyak' 'hari ke empat' 'anak pertama'

i. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata penunjuk jenis (KB + KPJ). Contoh: rumoh Aceh 'rumah Aceh' basa Cina 'bahasa Cina' adat Meulayu 'adat Melayu' tari Jawa 'tarian Jawa'

4.2.2 Frase Verbal a. Frase verbal yang terdiri dari kata kerja + kata kerja (KK + KK), seperti: duek preh 'duduk menanti' trok-trok 'ceumarot 'datang-datang memaki' teuka meugade 'datang mengemis' jak meunueb-nueb 'jalan membungkuk'

b. Frase verbal yang terdiri (KK + KT), seperti:

dari kata kerja + kata tambahan

plueng bagah 'lari cepat' baca beurayek 'baca yang kuat' mat keukong 'pegang yang kuat' jak bacut-bacut 'jalan perlahan-lahan'

63

c. Frase verbal yang terdiri dari kata kerja + frase kata depan, seperti: tinggal di lua 'tinggal di luar' preh di yub 'tunggu di bawah' d. Frase verbal terdiri dari kata kerja + kata sifat (KK + KS), seperti: bi bacut 'berikan sedikit'; eet beuijó 'cat sampai hijau' adee beutho 'jemur sampai kering' e. Frase verbal yang terdiri dari kata kerja + kata benda (KK + KB), seperti: pajoh bu 'makan nasi'; koh kayee 'potong kayu'; sampoh broh 'menyapu sampah'; pinah keu deh 'pindah ke sana'; teuka di Medan 'datang dari Medan' keurusi bak ujong 'kursi di ujung'; minah u lua 'pindah ke luar' f. Frase verbal yang terdiri dari kata Kerja + keterangan waktu (KK + KW), seperti: preh siat 'tunggu sebentar'; jak trep 'pergi lama' teuka sabe 'datang selalu'; piyoh dua jeuem 'istirahat dua jam' 4.2.3 Frase Ajektifa a. Frase ajkktif yang terdiri dari kata sifat + kata tambahan derjah idverb of degree), seperti: saket that 'sakit sekali'; beungeh silagoina 'marah sekali'; brok that 'buruk sekali' leupah kong/kong lepah 'kuat sekali/amat kuat' b. Frase ajektif yang terdiri dari kata sifat + kata sifat (KS + KS), seperti: mirah tuha 'merah tua' puteh kuneng 'putih kuning' pijuetpanyang'\aims tinggi'; poneuk tuoe 'pendek gemuk' c. Frase ajektif yang terdiri dari kata sifat + kata benda (KS + KI{), seperti:

64

kuneng bungong trueng 'kuning seperti bunga terung' ijo ie laot 'biru laut'; itam hueng ïiitam seperti kumbang pemakan kayu' d. Frase ajektif yang terdiri dari kata sifat + kata tambahan (KS + KT), seperti: mameh that 'manis sekali'; jeuheut meuleupoh 'jahat sekali' ubit lagoina 'kecil sekali'; ceudah that 'indah sekali' 4.2.4 Frase Numeral a. Frase numeral yang terdiri dari kata numeral + kata benda (KN + KB), seperti: dua boh 'dua buah'; saboh rumoh baro 'sebuah rumah baru' siploh droe ureueng Jawa 'sepuluh orang-orang Jawa' limong thon u keue 'lima tahun ke depan' b. Frase numeral yang terdiri dari kata benda + kata sifat penentu atau determinative ajektife (KB + KSP) Contoh: saboh khong 'hanya satu'; dua sagai 'hanya dua' peuet mantong 'hanya empat'; limong treuj 'lima lagi' c. Frace numeral yang terdiri dari kata numeral + kata numeral (KN + KN). Contoh: Ihee reutoh droe aneuk 'tiga ratus orang anak' nam ploh ( rupia ) 'enam puluh (rupiah). 4.3

Sistem Bilangan

Sistem bilangan dalam bahasa Aceh pada umumnya sama dengan sistem bilangan dalam bahasa Indonesia, yaitu dari satu sampai dengan sebelas dinyatakan dengan satu kata. Contoh: sa 'satu' dua 'dua' Ihee 'tiga' . .. siblaih 'sebelas'. Akan tetapi dalam bahasa Batak, misalnya mulai bilangan sebelas sudah lain sistemnya tidak lagi dinyatakan dengan satu kata.

65

Contoh:

-,

sada 'satu'; roa 'dua'; tolu 'tiga'; sapuluh 'sepuluh' Tetapi: sepuluh sada 'sepuluh (dan) satu sebelas' sapuluh, opat 'sepuluh (dan) empat belas dan sebagainya. Sistem bilangan dalam struktur frase dalam bahasa Aceh baru dimulai dengan bilangan dan belas. Contoh: dua blaih 'dua belas'; thee blaih 'tiga belas' tujoh blaih 'tujuh belas' ; dua ploh 'dua puluh' dan seterusnya. Dalam bahasa Aceh selain sistem bilangan tersebut di atas terdapat juga sistem bilangan seperti berikut. a. Dengan menyebutkan pengurangan setengah dari satuan (kurang setengah). Contoh: teungoh dua 'satu setengah' (dua kurang setengah) teungoh limong 'empat setengah' (lima kurang setengah). b. Dengan menyebutkan pengurangan setengah dari bilangan puluhan. Contoh: teungoh peut ploh 'tiga puluh lima' (empat puluh kurang setengah dari sepuluh). teungoh lapan ploh 'tujuh puluh lima' c. Dengan menyebutkan pengurangan setengah dari seratus atau bilangan ratusan. Contoh: teungoh tujoh reutoh 'enam ratus lima puluh' (tujuh ratus kurang setengah dari seratus). 4.4

Pola Kalimat Dasar

Kalimat dasar dalam bahasa Aceh, seperti juga halnya dengan bahasa Indonesia, terdiri dari subjek yang diikuti oleh predikat (subjek diikat oleh predikat).

66

Jenis kalimat dasar dalam bahasa Aceh adalah sebagai berikut. 1) Kalimat dengan subjek kata benda diikuti predikat kata kerja intransitif. Ayah ceumangkoe 'Ayah menyangkul' Abang meurukok 'Abang merokok' Aneuk miet teungoh manoe '(Anak-anak sedang mandi)' Cuda ceumeucop 'Kakak menjahit' 2) Kalimat dengan subjek kata benda diikuti predikat kata benda. Contoh: Abang loh guree 'Abang saya guru' Macut jih bidan 'Makciknya bidan' Si usuh tukang sado '(Si) Yusuf kusir sado' Pak Salim Camat baro 'Pak Salim Camat baru' 3) Kalimat dengan subjek kata benda diikuti predikat kata sifat. Contoh: Rumoh jih baro 'Rumahnya baru' Adek beungoh 'Adik marah' Ma mantong saket 'Ibu masih sakit' Ayah weueh that 'Ayah sedih sekali' 4) Kalimat dengan subjek kata benda diikuti kata bilangan. Contoh: Yum buku nyoe seureutoh 'Harga buku ini seratus' Aneuk gobnyan baro baro dua 'Anak beliau baru dua' Panyang jih dua deupa 'Panjangnya dua depa' 5) Kalimat dengan subjek kata benda diikuti predikat kata tambahan. Contoh: Aneuk miet jeh pat 'Anak-anak di sana' Jamee di lua 'Tamu di luar' 6) Kalimat dengan subjek kata benda diikuti predikat kata kerja transitif.

67 Contoh: Ayah geubloe sileuweue wol 'Ayah membeli celana wol' Si Uma teungoh ji pot boh mamplam 'Umar sedang memetik mangga' 4.4.1 Kalimat Verbal Kalimat verbal ialah kalimat yang subjeknya terdiri dari kata kerja. Contoh: Meurokok hana got 'Merokok tidak baik' Nyang seumipak lagee guda 'Yang menyepak kaya kuda' Tren u biang sithon sigo 'Turun ke sawah sekali setahun' 1) Kalimat Verbal Transitif. Contoh: Jeb te seupot adat Inggreh 'Minum teh sore hari kebiasaan orang Inggris' Cok anoe lam krueng kon buet mangat 'Mengambil pasir di dalam sungai bukan pekerjaan enteng' Meurunoe baha gob haroh saba 'Mempelajari bahasa orang lain/asing harus sabar' 2) Kalimat Verbal Intransitif Meuawe kon buet seunang 'Merotan bukan pekerjaan yang mu dah' Meuseudeukah jiyue le agama 'Bersedekah diperintah oleh agama'

3) Kalimat Transitif Si Gam ka Iheuh ji koh naleung 'Anak itu sudah memotong rumput' Si Amin teungoh ji peugot layang 'Si Amin sedang membuat layang-layang' Si Minah ji tampoe breueh 'Si Minah menampi beras' 4) Kalimat aktif ialah kalimat yang subjeknya melakukan sesuatu:

68 Si Rusli teungoh manoe 'Rusli sedang mandi' Cuda Midah geubaca hikayat 'Kak Midah membaca hikayat' Lem Musa geutulah surat keu adoegeuh 'Bang Musa menulis surat untuk adiknya' Cuda Rukiah teungoh meukeumah 'Kak Rukiah sedang berdandan' 5) Kalimat pasif ialah kalimat yang subjeknya bukan pelaku: Dijee geubloe le ayah 'Baju dibeli oleh ayah' Keurusi ka jipinah le si Amat 'Kursi sudah dipindahkan oleh si Amat.' Sie ka jipayoh le mie 'Daging sudah dimakan oleh kucing' Aneuk nyan geupoh le yah jih''Anak itu dipukul ayahnya' 4.4.2 Kalimat Nominal Kalimat nominal ialah kalimat yang subjeknya terdiri dari kata benda. Contoh: lampoh lawang nyoe luah that 'Kebun cengkih ini luas sekali' Dotor Masan geubloe moto lom 'Dokter Hasan beli mobil lagi' Musem ujeuen ka toe 'Musim hujan sudah dekat' 1) Kalimat nominal dengan predikat kata sifat: Bang Ion nyang tuha beo-o that 'Abang saya sekali' Si Munah aneuk wa Midah saket sabe 'Si Munah sakit selalu' Ureueng Jeupang jinoe panyang-panyang 'Orang tinggi-tinggi' Ureueng Cina jeumot ngon himat 'Orang Cina rajin

yang tua malas anak Wak Midah Jepang sekarang dan hemat'

2) Kalimat nominal dengan predikat kata benda*. Mata Subang gata intan 'Mata kerabu anda intan' Nyang joh hikayat putroe Bungsu 'Yang itu hikayat putri bungsu'. Nyang di lua guru SMA 'Yang di luar guru SMA' Nyang trok bunoe kapai teureubang Pertamina 'Yang tiba tadi kapal terbang Pertamina'

69 3) Kalimat nominal dengan predikat kata bilangan: Contoh: A neuk gobnyan peuet droe 'Anaknya empat orang' Areuta toke Leman la that 'Harta toke Leman banyak sekali' Yum buku nyoe sireutoh rupiya 'Harga buku ini seratus rupiah' Catatan: Pada beberapa dialek (Pidie, Aceh Utara, dan Aceh Timur) /U/ pada akhir kata diucapkan /u a/; tabeu diucapkan /tabua/ Tentang status konsonan-konsonan ganda apakah dapat digolongkan sebagai fonem tersendiri atau sebagai bunyi padu dari dua fonem konsonan yang berbeda masih diperlukan penelitian lebih lanjut sebab beberapa di antara konsonan ganda tersebut didapatkan pasangan minimalnya.

70

DAFTAR BACAAN Djajadiningrat, R.A., Dusein. 1934. Atjehsch Nederlandsch Woordenbook. Batavia: Landsdrukkrij. Glasson, H.A. 1966. ,4« Introduction to' Descriptive Linguistics. New York: Tanpa Penerbit. Harris, Zelling S. Structural Linguistics. The University of Chicago Press. Hockett, Charles. F. 1967. A Course in Modern Linguistics. New York: The Macmillan. Hurgroje Snouck, C. 1894. Atjehers. Jilid I. Batavia: Landsdrukkrij. Kraemer. J. 1931. Atjehsch Handwoordenboek, (Atjehsch-Nedcrlandsch). Leiden: Voorheen E.J. Brill. Langen, K.H. Van. 1889. Atjehsch Taal 'Gravenhage, Martinus, Nijholff. Nida, Eugene A. 1942. Morphology: the Descriptive Analysis of Words. The University of Michigan Press. Vriss, L.D. ngon Haji Abubakar. 1932. Lhee Saboh Nang. Den Haag, Batavia: Groningen.

71

72 LAMPIRAN 1

DAFTAR A.

Kata Ganti Orang 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

E

kee 'aku' Ion 'saya' kamoe 'kami' geutanyoe 'kita' kah 'kamu' (kasar gata 'kamu (halus)' awakkah 'kalian' droeneuh 'anda' jih 'ia' (dia) awaknyan 'mereka' gobnyan 'beliau' droenuhnyan 'beliau'

Penunjuk Tempat/Arah 13. nyoe 'ini' 14y"e /eh 'itu'

C.

Kata Tanya 15. 16. 17.

D.

KOSA KATA

peue 'apa' soe 'siapa' pai 'di mana'

Kata Penunjuk Jumlah 18. 19. 20.

le 'banyak' bandum 'semua' diet 'sedikit'

DASAR

73

Kata 21. 22. 23 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.

Bilangan sa 'satu' dua 'dua' Ihee 'tiga' peuet 'empat' limong 'lima' nam 'enam' tujoh 'tujuh' lapan 'delapan' sikureueng 'sembilan' siploh 'sepuluh' siblaih 'sebelas' duablaih 'dua belas'

33. Iheeblaih 'tiga belas' 34 peuetblaih 'empat belas' 35. limongblaih 'lima belas' 36. namblaih 'enam belas' 37. tujohblaih 'tujuh belas' 38. lapanblaih 'lapan belas' 39. sikureuengblaih 'sembilan belas' 40. dua ploh 'dua puluh' 41. dua plohsa 'dua puluh satu' 42. dua ploh dua 'dua puluh dua' 43. dua ploh Ihee 'dua puluh tiga' 44. dua ploh peuet 'dua puluh empat 45. dua ploh limong 'dua puluh lima'

Ukuran 46. 47. 48. 49.

rayek 'besar' paneuk 'pendek' ubi t 'kecil' rava 'besar'

Orang 50. 51. 52.

ureueng agam 'laki-laki' ureueng inong 'perempuan' ureueng 'orang'

Tanaman dan Bagiannya 53. bak 'pohon' 54. bijeh 'benih' 55. on 'daun' 56. ukheu 'akar' 57. kulet kayee 'kulit pohon' Binatang 58. euengkot 'ikan' 59. cicem 'burung' 60. keubeue 'kerbau'

61. 62.

leumo gutee

lembu' 'kutu'

74 Bagian badan 63. kulet 'kulit' 76. hidong 'hidung' 64. asoe 'daging' 77. babah 'mulut' 65. «'e'daging yang sudah dipotong' 66. darah 'darah' 78. gigoe 'gigi' 67. tuleueng "'tulang' 79. lidah 'lidah' 68. gapah 'lemak' 80. susoh 'cakar' 69. lungke 'tanduk' 81. gaki 'kaki' 82. tuot 'lutut' 70. iku 'ekor' 71. bulee 'bulu' 83. jaroe 'tangan' 72. ok 'rambut' 84. pruet 'perut' 73. ulee 'kepala ' 85. takue 'leher' 74. geulinyueng 'telinga' 86. mom 'susu' 75. mata 'mata' 87. jantong 'jantung' 88. hate 'hati' Penginderaan dan Perbuatan 89. jeb ie 'minum' 90. pajoh bu 'makan' 91. kap 'gigit' 92. kalon lihat' 93. deungo 'dengar' 94. teupeue 'tahu' 95. eh 'tidur' Posisi dan Gerakan 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107.

meulangue 'berenang' jak 'berjalan' trok 'datang' balek-balek 'berbaring' duek 'duduk' dong 'berdiri' jok 'beri'

96. 97. 98. 99. 100.

M.

mate 'mati' raba 'raba' com 'cium' rasa (me-) 'rasa' manoe 'mandi'

Kegiatan Lisan 108. peugah haba 'berkata' 109. meusah 'berbisik' 110. yub babah 'bersiul' 111. beuet 'mengaji'

Keadaan Alam 112. mata uroe 'mata hari' 113. buleuen 'bulan'

114. bintang 'bintang' 115. ie 'air'

75

116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123.

ujeuen 'hujan' batee 'batu' anoe 'pasir' tanoh 'tanah' awan 'awan' asap 'asap' apui 'api' abee 'abu'

S.

146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156.

O. Warna 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130.

mirah 'merah' ijo 'hijau' kuneng 'kuning' puteh 'putih' hitam 'hitam' keulabee 'kelabu' kureng 'loreng'

P. Periode Waktu 131. malam 'malam' 132. cot uwe 'siang' 133. beungoh 'pagi' 134. supot 'sore' Q. Keadaan 135. 136. 137. 138. 139. 140. 141. R. Arah 142. 143. 144. 145.

seu uem 'panas' sijuek 'sejuk' peunoh 'penuh' baro 'baru' got 'baik' bulat 'bulat' tho 'kering' tunong 'selatan' baroh 'utara' barat 'barat' timu 'timui'

Kekerabatan

T.

Perangai 157. 158. 159. 160. 161.

U.

abi/abu/ayah 'ayah' ma/mi 'ibu' cupo/cuda 'kakak perempuan polem/abang 'kakak laki-laki' apa/yah cut 'paman' cua/uak 'wak' cupo/ma cut 'bibi' abi chik 'kaicek' ma chik 'nenek' cuco 'cucu' pami 'ipar'

weueh 'sedih' bungeh 'marah' seu u/seunang 'gembira' malee 'malu' beuhe 'berani'

Bagian Rumah 162. 163. 164. 165. 166.

rumoh pinto tingkap bubong aleue

'rumah' 'pintu' 'jendela' 'atap' 'lantai'

V. Lain-lain 167. 168. 169. 170. 171.

hana 'tidak' Kumeupoh 'membunuh' teutong 'terbakar' /alan/rot 'jalan' gunong 'gunung' n: nan nama 173. bah itck 'telur itik'

76 LAMPIRAN 2 REKAMAN CERITA RAKYAT DAN TERJEMAHANNYA HABA PEULANDOOK Bak siuroe, bak geujak-jak po peulendook meurumpok teuk ngon sipoot. Jadi kheun po sipoot: ho tajak da peulandook? Pèue peureulu tatanyong? Ooh. . meunoe, ma peue salah teuma? Kon, loon tanyong sabab pakon loon teupeue droe neuh ureueng carong that, dalam sigala hai droe neuh carong. Teuma peue meu keusud? Hai peue-peue na meukeusud bak droe neuh. Oo. . meungnyo meunan meunoe: booh tameuteuga-teuga plueng inoe. Teumakon ka jipuwayang, sebab jiteuepeu bahasa sipoot bunoe hanjeuet jiplueng. Tumeuteuga-teuga plueng? Oo. . . jeuet. Meunan loon lakee tempo Ihee uroe, kheun sipoot. Jeuet. Pajan neuteuka? Uroe nyoe uroe Jumeu'at, Sabtu, Minggu, uroe Seunanyan meuteuka keunoe poh dumnoe. Ka jeuet eunteuk bak watee uroe Seuna nyan, ka trook janji nyan ka keuh geuteuka treuk po peulandook Meungnyo meunan booh jinoe tamulai. Mulai teruk. Bek ilee, jinoe tanyoe han jeuet han tapeuget tarooh. Peue tarooh meungnyo taloo loon, dan peue tarooh meungnyo meunang gata. Meungnyo taloo loon kheun peulandook, gajah loon bi keu gata saboh, meungnyo taloo loon kheun po sipoot kakeuh droeneuh kuasa. Nyoe mulai bineh krueng nyoe trooh usare nyan atra droe neuh bandum. Supaya kamoe peuenyang kamoe neuk peuget payah meulakee bak droe neuh raja. Kamoe angkat droe neuh jeuet keu raja sinoe Ooh ka cocok. Meungnyo meunan booh mulai treuk Ka, sa, dua, Ihee, ka mulai. Ohbhan geuplueng po peulandook, sigo hek bunoe, geudong geupiyooh. ho teuh 'ka? Nyoe pat uloon. Kira-kira sijeungkai dikeue. Hai aneuk sibudook, dumnan kuplueng asai jih cit ukeue. Geuplueng lomn sigo hek teuk geuplueng, geutanyong pat teuh. Nyoe pat loon. Mantong sit dikeue jih. Meunan keuh hasil jih, terus menerus, gobnyan ka hek siteungoh mate, gobnyan teutap di keue, meungnyo meunan sipoot keuh nyang meunang, kheun peulandook. Meungnyo meunan ka keuh taloo loon, maka pat tateurimong gajah? Oo. . . meunoe: Na saboh lubook dan bak lubook nyan na saboh buket. Buket nyan curam that u lubook nyan. Nyan keuh keunan kamoe teurimong, sebab meungnyo neubri gajah keukamoe keunan tapeuduek, lam labook nyan. Hinan keuh kamoe rame-rame kamoe peuget kanduri. Kakeuh beudueh

77 peulandook ngon pikeran, walaupun gobnyan hana dumnan buah pikeran gobnyan le siribee macam bangsa-bangsa laen. Tapi 'on trookngon sipoot taloo gobnyan. Teuma sungguhpun meunan janji han geumungkir nyan gajah nyan geubri. Geujak teruk jak pakat gajah. 'Oh trooh keudeh, hai get that saboh peuni Yooh. Pat, jeh di ateueh buket pulan, diyub na krueng ngon dumpeue di ateueh nyan na saboh batee, sinan mangat that ta eh-eh. Peumandangan pih got, dumpeue got, angen seupoi-seupoi basah. Ooh kagotkheun gajah. Beudueh jak teuh keudeh jak eh. Phoon-phoon geueh peulandook bak bineh gajah, gajah rot blah deh. 'oh ka trooh teungoh malam, meugeuminah teuk da peulandook, meugeugisatreuk. Alah, ka rab root kuh, seuK keudeh lom. Ka keuh geuseuk bacut di gajah. Bacut treuk karab root kuh, teseuk keudeh lom, geuseuk bacut treuk, kira-kira na padum go seuk, bhum root, nyan geukheun treuk: nyan da sipoot, peue nyang loon janji ngon gata, ka loon bri, nyan hukoom gata. Nyan keuh kira-kira jih, hasil dari pembicaraan bunoe nyang ditujukan keupada aneuk miet ialah geutanyoe bek terlampau raya that peugah, bek le that peue tepeugah. Ibarat gajah übe nan raya dan peulandook ube noe ubit dapat jipeungeut uleh peulandook. Terjemahan: Pada suatu hari, ketika pelanduk sedang berjalan-jalan bertemulah dia dengan siput. Jadi, kata siput, ke mana Anda pergi Kanda pelanduk? Apa perlunya kamu tanyakan. O. . . begini apa salahnya? Bukan, saya tanyakan karena Anda terkenal kepintarannya. Dalam segala persoalan Anda pintar. Kalau begitu, apa maksudnya? Hai, apa maksud yang ada pada Anda. Oh kalau begitu begini. Biarlah kita coba kekuatan dalam lari. Bukankah dia sudah diketahui bahwa siput tadi tidak kuat lari? Kita adu lari. Ya boleh. Kalau begitu saya minta tempo tiga hari, kata siput. Boleh kapan kamu datang. Hari ini, hari Jum'at, Sabtu, Minggu, hari Senin kamu datang kemari jam sekian. Nanti ketika hari Senin tetap seperti janji, datanglah pelanduk. Kalau demikian, mari kita mulai. Mulailah. Jangan dulu, sebelumnya kita lebih dahulu membuat taruhan. Apa taruhannya, kalau kamu kalah, apa-apa taruhannya seandainya saya kalah. Kalau saya kalah, kata pelanduk, gajah saya kasih untukmu seekor. Kalau saya kalah, kata siput, sudahlah Anda berkuasa mulai dari pinggir sungai ini sampai seterusnya kepunyaan Anda semua. Apa saja yang ingin kami lakukan harus mendapat persetujuan Anda dulu karena Anda, raja di sini, kami angkat Anda menjadi raja di sini.

78 Oh . . . cocok. Kalau begitu mari kita mulai. Sudah . . . satu . . . dua . . . tiga . . . sudah mulai. Sesudah lari pelanduk sekali lelah berhenti beristirahat. Sudah sampai ^e mana? Di sini saja. Kira-kira satu jengkal di depan. Hai anak celaka. Begitu cepat saya lari, masih juga dia di depan. Dia lari lagi, sekali capek lagi, dia tanya di mana kamu. Di sini saya. Masih juga dia di depan. Demikianlah hasilnya terus-menerus, dia sudah lelah setengah mati, siput tetap di depan. Kalau demiiJan, siputlah yang menang. Kata pelanduk, kalau demikian sudahlah saya kalah. Maka di mana kamu terima gajah? Oh. . . begini. Ada sebuah lubuk dan dekat lubuk itu ada sebuah bukit. Bukit. Bukit itu sangat curam ke dalam lubUiC itu. Apakah saya terima, sebab kalau dihadiahkan gajah kepada kami, di situlah diletakkan dalam lubuk itu. di situlah. Di sanalah saya terima, sebab kalau dihadiahkan gajah kepada kami, di situlah diletakkan dalam lubuk itu. Di situ lah kami ramai-ramai selenggarakan kenduri. Sudahlah bangun pelanduk, dengan berbagai pikiran karena sebelum itu tidak pernah mengalami kekalahan dari bangsa lain sebab dikenal beribu buah pikirannya. Tetapi sesampainya dengan siput, dia bisa kalah. Tetapi sungguhpun demikian, janjinya tidak akan mungkir yang gajah itu tetap dia berian. Pergilah dia mengajak gajah. Sesampai di sana, hai baik sekali di sana sebuah tamasya . . . Di mana? Di atas bukit pulan, di bawah ada sungai, dinginnya bukan kepalang dan di atasnya ada sebuah batu. Di situ enak sekali tidur. Pemandangan juga baik, segalanya bagus, angin sepoi-sepoi basah. Oh . . . baiklah, kata gajah. Bangun dan naiklah. Mula-mula tidur pelanduk di pinggir dan gajah sebelahnya. Setelah sampai tengah malam, pindahlah pelanduk bergeser tempat tidur. Alah hampir jatuh, tolong geser sedikit, geser sedikit lagi. Kira-kira ada beberapa kali geser lagi, jatuhlah gajah itu ke bawah. Dikatakanlah, nah siput, apa yang sudah saya jani dengan kamu kelak saya penuhi, itu hukum kamu. Inilah kira-kira ceritanya. Hasil pembicaraan tadi ditujukan kepada anak-anak ialah bahwa kita jangan terlalu banyak bicara, jangan terlalu banyak yang dibicarakan, tetapi ikbarnya ialah ibarat gajah sebesar itu dan pelanduk begitu kecil dapat ditipu oleh pelanduk.



I