Naik Umrah: Monografi Fotografis

Citation preview

SYARAFUDDIN

naik umrah MONOGRAFI FOTOGRAFIS

naik umrah

SYARAFUDDIN

naik umrah MONOGRAFI FOTOGRAFIS

Naik Umrah: Monografi Fotografis ebook © 2020 Syarafuddin ([email protected]) berdasarkan Creative Commons License (https://creativecommons.org/licenses/): Atribusi (BY)-NonKomersial (NC)-TanpaTurunan (ND). Some Rights Reserved.

LISENSI AKSES

seluruh foto dan teks © Syarafuddin ([email protected]). Hak cipta dilindungi undang-undang/All Rights Reserved. Diterbitkan pertama kali Februari 2020

Publikasi elektronik ini dapat diakses (dibaca dan/atau diunduh) di Internet Archive dengan tautan https://archive.org/details/syumrah

atau temukan di https://archive.org/details/@syaraf Prawacana dan Daftar Pustaka diolah dengan LibreO ce 6.4 Writer (https://www.libreo ce.org/). Foto diproses dengan GIMP 2.10 (GNU Image Manipulation Program, https://www.gimp.org/) dan/atau RawTherapee 5.8 (https://rawtherapee.com/). Naskah dan foto ditata menjadi publikasi elektronik dengan Scribus 1.5.5 (https://www.scribus.net/). Perancangan sampul dengan Inkscape 0.92 (https://inkscape.org/), kemudian dibuat ulang pada Scribus. Dikerjakan pada komputer dengan Sistem Operasi Linux: OpenSuse Tumbleweed (https://www.opensuse.org).

PROGRAM

Seluruh program komputer (software) tersebut, kecuali LibreO ce, menggunakan lisensi GNU General Public License (GPL, https://www.gnu.org/licenses/#GPL) dengan versi sesuai yang diterangkan masing-masing program komputer. LibreO ce menggunakan lisensi Mozilla Public License v2.0 (https://www.mozilla.org/en-US/MPL/). Secara umum semua program komputer yang digunakan adalah free and open source software.

Logo LibreO ce CC-BY-SA The Document Foundation (sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/ File:LibreO ce_icon_3.3.1_48_px.svg). Logo GIMP GNU General Public License The GIMP Team/Tuomas Kuosmanen (sumber: https://commons.wikimedia.org/ wiki/File:The_GIMP_icon_-_gnome.svg). Logo RawTherapee CC-BY-SA RawTherapee (sumber: https://rawtherapee.com/). Logo Scribus CC-BY-SA The Scibus Team (sumber: https://wiki.scribus.net/canvas/Promotion_material). Logo Inkscape CC-BY-SA The Inkscape Project/Andrew Michael Fitzsimon (sumber: https://inkscape.org/ ~inkscape/%E2%98%85inkscape-o cial-logo-vector). Logo OpenSuse GNU Free Documentation License SUSE LLC (sumber: https://en.opensuse.org/ openSUSE:Artwork_brand#Logo)

FONT LOGO IKON

Publikasi menggunakan jenis huruf (font) Open Sans (https://fonts.google.com/specimen/Open+Sans), Open Sans Condensed (https://fonts.google.com/specimen/Open+Sans+Condensed) dan Droid Naskh Shift Alt (untuk judul berbahasa Arab pada daftar pustaka, https://fontinfo.opensuse.org/fonts/DroidNaskhShiftAltRegular.html) dengan berbagai variannya (font style). Ketiga jenis huruf menggunakan Apache License 2.0 (http://www.apache.org/licenses/LICENSE-2.0). Creative Commons Icons © Creative Commons berdasarkan lisensi Creative Commons License: Atribusi (BY), diunduh dari https://creativecommons.org/about/downloads/

Logo Internet Archive dari https://commons.wikimedia.org/wiki/ File:Internet_Archive_logo_and_wordmark.svg.

prawacana

Publikasi ini diterbitkan dalam bentuk buku elektronik dengan format berkas (file format) menggunakan Portable Document Format (PDF), tetapi buku ini didesain berdasarkan format buku cetak. Dimana halaman kiri dan kanan merupakan satu kesatuan ruang desain. Agar dapat menikmati narasi buku dengan nyaman, jika memungkinkan gunakan komputer atau perangkat yang berlayar luas untuk ‘membaca’ ebook ini dengan aplikasi pembaca format pdf yang disetel: 1. View Mode: Facing Pages (atau Dual) dengan Even Page First 2. (Sangat Disarankan) View: Fit Page 3. (Disarankan) View: Continuous

Lamanya waktu tunggu untuk naik haji yang hampir mencapai tiga puluh tahun membuat penulis memutuskan untuk naik umrah ketika beberapa persyaratan lain untuk beribadah ke tanah suci dapat dipenuhi. Tentu saja umrah bukan pengganti haji, hanya mengingat kondisi beberapa persyaratan yang dapat dipenuhi tersebut mungkin tak akan terpenuhi lagi saat waktu berangkat haji tiba. Jauh sebelum kesiapan untuk naik haji/umrah terpenuhi, penulis berpikir tidak akan membawa kamera dan fokus beribadah. Tetapi setelah berjalan beberapa waktu, pengetahuan mengenai kedua ibadah ini membuat penulis memahami bahwa ibadah ini berbeda dengan sholat yang tidak boleh terganggu dan harus diselesaikan dalam satu pekerjaan. Pula, ini merupakan rangkaian ibadah bukan ibadah tunggal. Karena itulah ketika mendaftar umrah pada tahun 2019, penulis berniat membawa kamera dan lensa berkualitas (DSLR dan sebuah lensa menengah ke atas) untuk mencatat apa yang penulis alami selama di tanah suci secara visual. Pada keyataannya niat ini harus dimodifikasi.

5

Tata cara ibadah umrah yang berbeda dengan ibadah yang dilaksanakan sehari-hari membuat penulis harus belajar tata cara ini yang salah satunya berusaha menghapal bacaan-bacaan dalam ibadah ini. Karena usia dan sejak kecil sudah tidak kuat menghapal dengan cara mengulang-ulang apa yang dihapal, penulis membaca juga tulisan-tulisan terkait umrah dan haji di luar tata cara teknisnya. Harapannya memberikan pemahaman yang membuat penulis mudah mengingat hapalan yang wajib dan sebaiknya dilantunkan saat ibadah dilaksanakan. Tulisan-tulisan ini membangun tambahan pengetahuan terkait umrah dan hal-hal yang terlibat dalam pelaksanaannya pada akhirnya juga tambahan pengetahuan penulis dalam membuat catatan visual pengalaman di tanah suci: menentukan hal-hal yang tidak perlu atau tetap mencatatnya tapi tidak akan muncul dalam publikasi catatan visual. Karena kepentingan catatan visual seperti ini, penulis juga mempelajari publikasi buku-foto (photobook, photo book) dan publikasi interpretasi foto yang mendukung. Kemudian setelah pulang ke tanah air, dalam menyusun wacana yang ingin disampaikan dalam buku ini dan memahami lagi apa yang sudah dicatat, penulis kembali mencari publikasi yang dianggap terkait, walaupun tidak semua publikasi tersebut dapat ditemukan. Karena itulah buku ini ditutup dengan Daftar

6

Pustaka yang daftarnya dikelompokkan menjadi empat kategori. Ada perbedaan antara pelancong dengan kamera dengan fotografer yang berpergian. Pelancong lebih tertarik dengan lokasi-lokasi yang dia kunjungi, semakin eksotis (atau, populer sekarang, semakin banyak tempat yang dikunjungi) semakin sukses kunjungannya dan tiap ‘pelancong-sejati’ tentu punya pemaknaan kata ‘eksotis’ sendiri yang menjadi travelling values-nya. Sehingga foto yang dihasilkan oleh pelancong dengan kamera cederung kesuksesan dia mencapai keeksotisan tersebut. Fotografer yang berpergian lebih pada menginterpretasi momen di lokasi yang dikunjungi dalam nilainilai fotografis (photographic values) yang dia anut. Tentu saja perbedaan ini tidak terpisah secara signifikan, kadang makna eksotis pelancong membuat dia menghasilkan foto yang bernilai fotografis. Juga sang fotografer, ketagihannya menghasilkan foto dengan nilai yang dianutnya membuat dirinya berpergian ke banyak tempat atau ke lokasi eksotis tanpa dapat ia kendalikan. Hal terakhir di atas, keluyuran ke banyak tempat tanpa dapat di kendalikan untuk menghasikan foto, menganggu pikiran penulis beberapa hari menjelang keberangkatan. Sementara itu penambahan pengetahuan sebagai referensi

terus memberikan gagasan dan imajinasi terhadap catatan visual yang akan dibuat. Keluyuran karena ada perangkat kamera yang mampu menangkap momen-momen yang diimajinasikan dan di luar imajinasi kemungkinan besar akan mengganggu rencana ibadah di tanah suci yang mungkin tidak ada kemampuan mengulanginya lagi. Menjadi fotografer yang berpergian! Bukan pemeluk Islam yang kebetulan fotografer yang berziarah ke tanah sucinya (dengan kamera). Tepat sehari sebelum keberangkatan penulis memutuskan untuk tidak membawa DSLR dan lensa yang biasa digunakan untuk menginterpretasi momen keseharian yang ditemui dalam kegiatan sehari-hari. Tetapi gagasan, imajinasi, dan yang di luar keduanya juga tidak akan dilupakan, penulis akan membuat catatan visual dengan kamera smartphone (ponsel). Penulis akan mengikuti ‘rel’ ziarah yang telah dibuat oleh biro perjalanan, sementara waktu di luar yang telah direncanakan seperti peziarah yang lain adalah waktu di Masjid Nabawi atau Masjidil Haram. Foto-foto dibuat dalam jalur ini, menemukan momen-memon berguna untuk catatan visual dalam lintasan pasti. Dengan tidak ada DSLR, godaan untuk keluyuran diharapkan berkurang drastis. Walaupun godaan itu tetap ada. Satu kali penulis tergoda, membuat beberapa foto di luar

lintasan (salah satunya ada dalam buku ini, halaman 33, foto berjudul “Pengamatan”) tapi kemudian tidak pernah diulangi lagi. Ponsel yang digunakan adalah ponsel relatif murah buatan Tiongkok dengan prosesor dari Amerika Serikat berkode 845 dan RAM di atas 4GB dipadu dengan kerapatan sensor (megapiksel) kamera menengah membuat proses metering, focusing, interpretasi data sensor (pembuatan berkas foto), hingga penyimpanan berlangsung cepat. Aplikasi kamera tidak menggunakan aplikasi bawaan ponsel, penulis menginginkan aplikasi yang mampu menyimpan hasil foto tanpa interpretasi program (berkas RAW). Dengan berkas RAW penulis berharap dapat menginterpretasi ulang foto jika hasil interpretasi program tidak memuaskan atau jika foto memerlukan proses yang ‘berat’ karena kelemahan kamera ponsel. Tentu saja kelemahan kamera ponsel seperti ukuran sensor yang (sangat) kecil, jarak sensor dengan lensa yang terlalu dekat dan dinamika warna yang mampu ditangkap lensa sangat terbatas tidak dapat dihilangkan. Tetapi dengan menjadikan akibat kelemahan ini sebagai bagian dari subyek foto yang dibuat tentu bisa menghasilkan narasi visual yang menarik. Dan inilah catatan dan cerita visual penulis selama naik umrah. Selamat menikmati.

7

8

naik umrah

9

Perjalanan Seribu Li Diawali Dengan Selangkah Kaki (Laozi)

SPBU/Rest Area Madinah-Makkah: 15, Julaylah, Makkah

10

11

12

halaman 14

Batasan

Masjid Nabawi, Madinah

Definisi

Bandara Adi Soemarmo, Solo

halaman 15

Mengatasi Batasan

Jalan Ajyad, Makkah 13

14

15

16

17

halaman 16

Bandara Adi Soemarmo, Solo halaman 17

Al Khalil Courtyard, Makkah 18

Awas: Bidang Pertemuan

Masjid Nabawi, Madinah

19

Masjidil Haram, Makkah 20

21

If

Masjidil Haram, Makkah 22

23

24

Tiarap

Masjid Nabawi, Madinah 25

Focusing & Metering

Raudah, Masjid Nabawi, Madinah

26

Menuju Satu Titik

Masjidil Haram, Makkah

27

Titik Temu Optis

Masjid Nabawi, Madinah 28

29

Ragam

Masjidil Haram, Makkah 30

31

32

33

halaman 32

Ingat Kampung

Distrik al-Bahr, Madinah halaman 33

Pengamatan

Jalan Musab Bin Omair, Madinah 34

Penawaran

Arafah, Makkah

35

Cicip

Distrik al-Bahr, Madinah

36

Bagi

Masjid Nabawi, Madinah

37

38

Saluran

Bandara King Abdul Aziz, Jeddah 39

40

41

halaman 40

Bertopang Dagu

Masjid Nabawi, Madinah halaman 41

Buku Telepon

Masjid Nabawi, Madinah 42

Berbantal

Masjid Nabawi, Madinah

43

44

Berkabar

Masjidil Haram, Makkah

Di Kerumunan

Masjidil Haram, Makkah

45

Horizon

Jalan Madinah-Makkah: 15, Massamah, Makkah 46

47

Langkah

Masjidil Haram, Makkah

48

Tunggu

Masjid Nabawi, Madinah

49

Menegak

Distrik al-Bahr, Madinah 50

51

Masjid Nabawi, Madinah

52

Masjidil Haram, Makkah

53

Pose

Masjid Nabawi, Madinah 54

55

Tiga Pasang

Masjidil Haram, Makkah 56

57

58

Dalam Dekapan

Masjidil Haram, Makkah

Penyeimbang

Masjid Nabawi, Madinah 59

60

halaman 62

Pola

Jalan Abd al-Rahman bin Awf, Madinah

Iluminasi

Jalan Ajyad, Makkah

halaman 63

Distorsi

Jalan Ajyad, Makkah 61

62

63

Merekam

Masjidil Haram, Makkah 64

65

Merekat

Masjidil Haram, Makkah 66

67

Menyusup

Masjidil Haram, Makkah 68

69

Sayap-sayap

Masjid Nabawi, Madinah 70

71

Sajadah Mengambang

Masjid Quba, Madinah

72

73

Konektivitas

Raudah, Masjid Nabawi, Madinah

74

Menautkan

Masjidil Haram, Makkah

75

Batu Merah

Gunung Uhud, Madinah 76

77

Menulis di Batu

Arafah, Makkah

78

79

Pintu

Jalan Ajyad, Makkah

80

Acung

Distrik al-Bahr, Madinah

halaman 82

Masjid Nabawi, Madinah halaman 83

Jalan Ajyad, Makkah 81

82

83

Masjidil Haram, Makkah 84

85

Masjidil Haram, Makkah 86

87

Menara Bersayap

Masjid Nabawi, Madinah 88

89

Rumput

Museum Dua Masjid Suci, Makkah

90

Lantai

Masjidil Haram, Makkah

91

J3, Jemaah Jarak Jauh

Jalan Ajyad, Makkah

92

93

Melintas Apron

Bandara King Abdul Aziz, Jeddah 94

95

Khusyuk

Raudah, Masjid Nabawi, Madinah 96

97

The Takwa Awakens

Jalan King Abdul Aziz 38, Mina, Makkah 98

99

Barisan Putih

Masjid Dzulhulaifah/Bir Ali, Madinah 100

101

102

Di Pundak

Masjidil Haram, Makkah

Mengaji

Masjidil Haram, Makkah 103

Berpayung Masjidil Haram, Makkah 104

105

106

107

Masjidil Haram, Makkah

halaman 106

Masjidil Haram, Makkah halaman 107

Masjidil Haram, Makkah 108

Masjidil Haram, Makkah

109

Masjid Nabawi, Madinah 110

111

112

Zoom Out

Majidil Haram, Makkah 113

Belajar

Masjid Nabawi, Madinah 114

115

Praktik

Masjidil Haram, Makkah 116

117

118

119

halaman 118

Terbuai

Masjidil Haram, Makkah halaman 119

Kerja Keras

Masjidil Haram, Makkah 120

Sukacita

Masjidil Haram, Makkah

121

122

daftar pustaka

SATU Almuhrzi, H. M., & Alsawafi, A. M. (2017). Muslim perspectives on spiritual and religious travel beyond Hajj: Toward understanding motivations for Umrah travel in Oman. Tourism Management Perspectives, 24, 235-242, DOI: 10.1016/ j.tmp.2017.07.016 Alsini, I., Ekiz, E., & Hussain, K. (2019). The Impact of Umrah Quality Attributes on Religious Tourist Loyalty in Saudi Arabia. Dalam Jamal, A., Raj, R., & Gri n, K. A. (Eds.). Islamic Tourism: Management of Travel Destinations (pp. 91-109). Boston, Massachusetts: CABI Dewi, S. K. (2017). Trend Wisata Umrah: Antara Meneladani Sunnah Dan Turisme Spiritual. Empirisma, 26(2), 191-205, DOI: 10.30762/ empirisma.v26i2.691 Gannon, M. J., Baxter, I. W., Collinson, E., Curran, R., Farrington, T., Glasgow, S., … Yalinay, O. (2017). Travelling for Umrah: Destination attributes, destination image, and post-travel intentions. The Service Industries Journal, 37(7-8), 448-465, DOI: 10.1080/02642069.2017.1333601

123

Hassan, S. H., Zainal, S. R. M., & Mohamed, O. (2015). Determinants of Destination Knowledge Acquisition in Religious Tourism: Perspective of Umrah Travelers. International Journal of Marketing Studies; 7(3), 84-94 DOI: 10.5539/ijms.v7n3p84 Kementerian Agama Republik Indonesia. (2016). Tuntunan Manasik Haji dan Umrah. Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji Dan Umrah Madjid, N. (1997). Perjalanan Religius ‘Umrah dan Haji. Jakarta: Paramadina Maghfirah, S. A. (2017). Mendaur Ulang Identitas Kemusliman Melalui Umrah. (Tesis Master, Program Studi Ilmu Religi dan Budaya Program Pasca Sarjana Universitas Sanata Dharma Yogyakarta). Diakses dari https://repository.usd.ac.id/26530/ Makin, A. (2016). Antara Ziarah Religius dan Kapitalisasi di Era Globalisasi: Catatan Etnografis Umrah. Afkaruna, 12(1), 114-134. Makin, A. (2017). Tuhan di Antara Desakan dan Kerumunan: Komodifikasi Spiritualitas Makkah di Era Kapitalisasi, Episteme, 12(1), 1-28, DOI: 10.21274/ epis.2017.12.1.1-28

124

Shariati, A. (1983). Haji. Bandung: Penerbit Pustaka Sucipto. (2013). Umrah Sebagai Gaya Hidup, Eksistensi Diri dan Komoditas Industri: Menyaksikan Perubahan Keagamaan Warga Kota. Kontekstualita, 28(1), 21-49. Tahir, H. (2016). Haji dan Umrah Sebagai Gaya Hidup: Pertumbuhan Bisnis Perjalanan Suci di Kota Makassar. Jurnal Al-Qalam, 22(2), 127-139, DOI: 10.31969/alq.v22i2.315 Thimm, V. (2018). Embodying and consuming modernity on Muslim pilgrimage: gendered shopping and clothing practices by Malaysian women on “umrah and ziarah Dubai”, Asian Anthropology, 17(3), 185-203, DOI: 10.1080/1683478X.2018.1483477

DUA Becker, H. S. (1981). Exploring Society Photographically. Evanston, Illinois: Mary and Leigh Block Gallery Janis, E. P., & MacNeil, W. (1977). Photography Within The Humanities. Danbury, New Hampshire: Addison House Publishers

Lyons, N. (1966). Toward a Social Landscape. Rochester, New York: George Eastman House of Photography

Collier, J., & Collier, M. (1986). Visual Anthropology: Photography as a Research Method. Albuquerque: University of New Mexico Press

Melis, W. (2004). Nazar: Photographs from the Arab World. New York: Aperture Foundation

Harper, D. (2012). Visual Sociology. New York: Routledge

Meltzer, M., & Cole, B. (1974). The Eye of Conscience: Photographers and Social Change. Chicago: Follett Publishing Company

Langmann, S., & Pick, D. (2018). Photography as a Social Research Method. Singapore: Springer

Parr, M. (2018). Small World. Stockport, Cheshire: Dewi Lewis

EMPAT

Qaisaran, A. (2019, 9 November). Al-Masjed An-Nabawi: A Visually Compelling Journey (HIPA Lecture). Diakses 10 November 2019, dari https://youtu.be/WbUePzm3XE  ‫ﺍﻟﺤﺠﺎﺯﻳﺔ‬ ‫ﺍﻟﺮﺣﻼﺕ‬ :‫ﺍﻟﺤﺮﻣﻴﻦ‬ ‫ﻣﺮﺁﺓ‬ .(1925) .‫ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ‬ ,‫ﺑﺎﺷﺎ‬ ‫ﺭﻓﻌﺖ‬  .‫ﺍﻟﺸﻤﺴﻴﺔ‬ ‫ﺍﻟﺼﻮﺭ‬ ‫ﺑﻤﺌﺎﺕ‬ ‫ﻣﺤﻼﺓ‬ ،‫ﺍﻟﺪﻳﻨﻴﺔ‬ ‫ﻭﻣﺸﺎﻋﺮﻩ‬ ‫ﻭﺍﻟﺤﺞ‬ ‫ﺍﻟﻤﺼﺮﻳﺔ‬ ‫ﺍﻟﻜﺘﺐ‬ ‫ﺩﺍﺭ‬ :‫ﺍﻟﻘﺎﻫﺮﺓ‬

TIGA Bateson, G., & Mead, M. (1942). Balinese Character: A Photographic Analysis. New York: New York Academy of Sciences

Colberg, J. (2017). Understanding Photobooks: The Form and Content of the Photographic Book. New York: Routledge Di Bello, P., Wilson, C., & Zamir, S. (2012). The Photobook: From Talbot to Ruscha and Beyond. London: I.B.Tauris Himes, D., Milnor, D., Carnochan, B., Thome, M., & Jennings, C. (2009). How to Make a Gorgeous Photo Book. Blurb Inc. Kuiper, S. (2011). Ten Golden Rules to Excellent Photo Books Design. Diakses 10 Januari 2020, dari https:// www.photonews.de/cms/wp-content/uploads/ 2011/11/TEN_GOLDEN_RULES21.pdf

125

Flores sebagai nama pulau berasal dari penyebutan para pedagang Portugis. Masyarakat setempat menamakan pulau ini dengan banyak nama sesuai bahasa komunitas masing-masing, nama yang paling akrab dan digunakan dalam acara ritual adalah Nusa Nipa yang artinya Pulau Naga. Foto-foto dalam ficer fotografis ini dibuat di tiga kota (Labuan Bajo, Bajawa, dan Ende) dan sekitarnya di Pulau Flores tahun 2016. Mencoba menangkap hal-hal biasa yang unik karena momen, juktaposisi, jarang diperhatikan, dinamika sesaat, dan sebagainya. Bukan foto ‘standar’ wisata dengan spot-spot yang biasa untuk berfoto.

Bumi Sang Naga: Labuan Bajo, Bajawa, Ende info/baca/unduh https://s.id/buminaga | https://archive.org/details/sybsn unduh (pdf Resolusi Tinggi, 32MB) https://s.id/naga1 | https://archive.org/download/sybsn/bsnaga-a300dpi.pdf unduh (pdf Resolusi Sedang, 8MB) https://s.id/naga2 | https://archive.org/download/sybsn/bsnaga-b150dpi.pdf unduh (pdf Resolusi Rendah, 2MB) https://s.id/naga3 | https://archive.org/download/sybsn/bsnaga-c72dpi.pdf

Ada perbedaan antara pelancong dengan kamera dengan fotografer yang berpergian. Bagi pelancong semakin eksotis tempat yang dikunjungi semakin sukses kunjungannya. Sehingga foto yang dihasilkan oleh pelancong dengan kamera cederung kesuksesan dia mencapai tempat eksotis tersebut. Fotografer yang berpergian lebih pada menginterpretasi momen di lokasi yang dikunjungi. Foto-foto narasi visual buku ini dibuat saat perjalanan umrah yang dilakukan penulis tahun 2019, dengan memposisikan diri sebagai pemeluk Islam yang kebetulan fotografer yang berziarah ke tanah suci (dengan kamera).

Karena khawatir sering keluyuran dengan kamera dan melupakan kegiatan ibadah di tanah suci (fotografer yang berpergian), penulis batal membawa DSLR. Foto-foto ini dibuat dengan kamera ponsel biasa bukan ponsel yang dianggap memiliki kamera luar biasa (walaupun sebetulnya kelemahan hardware kamera ponsel tetap sulit diatasi). Bagaimanapun juga kemampuan menginterpretasi momenlah yang lebih banyak menkreasikan sebuah foto. Juga kemampuan menempatkan akibat dari kelemahan kamera ponsel sebagai bagian dari subyek foto yang dikreasi.